Ages Dwi Harso : si anak gesek
“Kita harus konsekuen, konsisten, intens, militant dalam mengembangkan keroncong sesuai bidang kita masing-masing”
Begitu disampaikan oleh seorang Ages Dwi Harso, pentholan Orkes Keroncong Batavia Mood, orkes keroncong yang belum genap berusia 3 tahun yang beranggotakan anak-anak muda. Dengan anak muda proses kreatif Ages tampak menyala-nyala, sebab pada anak mudalah Ages menaruhkan asa keroncong di masa depan. “ Batavia Mood adalah bentuk lain dari komitmen terhadap keinginan mempertahankan keroncong dengan gaya kekinian, pelibatan anak muda itu cara yang smart, karena orang muda penuh dengan semangat, tenaga, fresh, dan mudah dibentuk”, paparnya mengenai keterlibatannya dalam mendorong mudik keroncong kepada generasi muda.
Mengawal adik mengawal keroncong
Pakdhe Atmo, itulah sosok yang pertama kali memperkenalkan Ages muda kepada music keroncong. Sebuah perjumpaan yang tak terduga, “Sebagai kakak laki-laki yang baik, saya harus mengawal adik saya waktu itu yang katanya berpacaran dengan salah satu pemain keroncong,” kenangnya. Perkenalan dengan music keroncong terus berlanjut. Dan sosok Petrus Ngadino, kawan se gereja di Nanggulan, Kulonprogo mengajarinya bermain music keroncong. Pertautan antara Ages dengan Petrus Ngadino dalam berkeroncong terus berlanjut. Perjumpaan mereka kembali di Jakarta, memunculkan Batavia Mood di Taman Surapati.
Dalam keheningannya, Ages menemukan bahwa melalui keroncong terjadi peraduan dari alat alat yg bermacam macam dan membentuk suatu irama dengan karakteristik yang sangat kuat seolah-olah saling tergantung satu sama lain, dan hal itu punya makna yang dalam bagi kehidupan sosial masyarakat untuk selalu kompak, saling butuh, saling bertaut dalam sebuah harmoni masyarakat.
Olah music keroncong Ages, terlihat sangat dinamis. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari latar belakang hidupnya yang secara otodidak belajar music. Kreativitas dan energy bermain music dalam diri Ages terasa mendidih dan bergejolak, dan hal itu tertuang dalam seluruh aransemen keroncongnya yang bisa disebut berbeda, nakal, jenaka dan berangkat dari persoalan keseharian tanpa kehilangan semangat selalu belajar.
Setelah sekian puluh tahun bergulat dengan music, khususnya keroncong, menjadikan Ages lebih realistis dalam hidup. Betapa tidak mudah bergumul untuk mengembangkan music keroncong. “Kendala terberat untuk memajukan musik keroncong adalah ketika insan keroncong punya kebiasaan geng-gengan, dan orang merasa banyak tahu mengenai kroncong, serta tidak mau menerima ketika orang lain membuat perubahan. Musik keroncong kekurangan Militansi, dan miskin Arogansi sehingga lambat dalam persaingan dengan genre lain,” jelasnya.
Keroncong Toegoe : salah satu pelabuhan hidup
Pada saat ini, selain aktif di Taman Surapati Chambers dan OK Batavia Mood, Ages Dwi Harso merupakan salah satu personel dari Keroncong Toegoe yang legendaris. Dimulai pada tahun 1993, di saat Keroncong Toegoe terjadi kekosongan violist, dan Ages mengajukan diri. Semangat awal masuk ke Keroncong Toegoe adalah situasi di tahun itu Keroncong Toegoe dipandang sebelah mata dan cenderung dikucilkan oleh banyak pegiat keroncong.
Masuknya Ages ke Keroncong Toegoe dimanfaatkan oleh Ages untuk belajar dan bereksperimen serta melakukan dinamisasi sehingga Keroncong Toegoe berhasil meng-exclusive-kan diri sebagai bentuk protes mereka kepada masyarakat keroncong. Perjalanan berkeroncong bersama Keroncong Toegoe menghasilkan perubahan, setidaknya dalam bagian penggalan perjalanan Keroncong Toegoe, mereka diundang oleh Pemerintah Belanda untuk pentas di Pasar Malam Tong-Tong.
“Pada kesempatan bermain di Pasar Malam Tong-Tong, kami juga melakukan workshop keroncong. Kami tidak mau sekadar bermain music keroncong di sana, tetapi juga ingin membagi pengalaman dan pengetahuan tentang keroncong kepada masyarakat Belanda,” ujar Ages bersemangat.
Semangat dan disiplin yang ada di keroncong Toegoe menjadikan Ages bisa bertahan hingga saat ini. ‘Aku bisa bertahan di Keroncong Toegoe karena suka dengan kedisiplinannya. Dan itu modal terhebat Keroncong Toegoe.”
Keroncong Bangkit
Pada Mei 2011, genap setahun meninggalnya sang maestro keroncong, Gesang. Di mata Ages, Mbah Gesang adalah tokoh yang sangat hebat. Namun demikian ia melihat bahwa banyak orang di Indonesia terpaku pada kehebatan Mbah Gesang semata, dan terbutakan bahwa selain Mbah Gesang juga banyak orang lain yang juga hebat, yang unikdan tidak dimiliki oleh Mbah Gesang. “Almarhum Mbah Gesang pasti bahagia bila masyarakat keroncong memiliki banyak referensi dan kemajuan. Beliau juga pasti akan lebih bahagia lagi, jika karya-karyanya didampingi karya-karya baru yang lebih dahsyat. Betapa sedihnya Mbah Gesang, jika karyanya hanya sendirian di dunia ini. Karya-karya mbah Gesang butuh karya-karya lain untuk menemaninya,” tegasnya.
Dengan karya-karya baru ini, Ages berkomitmen untuk mengembangkan keroncong. 2 (dua) album keroncong tengah digarap dengan gaya Jakarta dan Jawa. Album Encang-Encing serta Album Sentul-Kenyut sedang dalam proses produksi. Ini wujud komitmen Ages si anak gesek terhadap music keroncong. Berangkat dari karya baru, Ages mencoba membangkitkan keroncong.
Kebangkitan yang dibawa oleh seorang Ages Dwi Harso, setidaknya telah ditunjukkan melalui keberaniannya membangun Komunitas Taman Surapati, dan menjadikan Taman Surapati sebagai lokasi berlatih music yang serius. Kondisi ini menunjukkan leadership yang kuat dari sosok Ages. Keberanian mengambil keputusan dan menjaga komitmen serta konsisten atas keputusan yang diambil sangat nyata ada pada Ages. Dan untuk itu, Ages mendapatkan undangan dan beasiswa dari Pemerintah Amerika untuk International Visitor Leadership Program (IVLP), sebuah program yang diselenggarakan oleh Pemerintah Amerika di Washinton, sebagai program khusus graduate school.
Kebangkitan keroncong diawali dari keluarga. Dan pada situasi ini Ages mendapat support yang sangat luar biasa, Yasminka Subekti sang istri senantiasa setia menemani proses kreatifnya, dan anak-anaknya pun terlibat dalam bermusik bersama. (mboets2000)
P Bercengkerama dengan keluarga dan penghuni rumah sakit jiwa adalah perjuangan yang luar biasa dahsyat sekali halah.