SOLO : KOTA WISATA KERONCONG?
Pada masa kini, teknologi sudah berkembang dengan cukup pesat dikarenakan adanya arus globalisasi yang menyeluruh masuk ke dalam seluruh aspek kehidupan. Dari teknologi komunikasi, berawal dari perkembangan telepon kabel menjadi telepon genggam kemudian berkembang menjadi gadget dengan segala kecanggihan dan fitur yang ada. Ada juga dengan kegiatan surat menyurat yang saat ini bergeser dengan surat elektronik atau yang kita kenal dengan e-mail. Seni pertunjukan juga berkembang dengan pesat, misalnya seseorang ingin mendengarkan musik atau lagu yang disukai harus dengan siaran radio, sekarang banyak kita temui di aplikasi pada gadget kita masing-masing, contoh aplikasinya ada JOOX, Spotify, Musicmatch, Soundcloud, Reverbnation, dan lain-lain.
Begitu juga dengan perkembangan musik keroncong saat ini. Dulu, ketika kita hendak melihat pagelaran musik keroncong, kita harus datang ke tempat pagelaran hanya untuk melihat dan mendengarkan musik keroncong atau melalui siaran radio seperti Radio Orkes milik RRI Surakarta. Namun, saat ini ketika kita hendak melihat suatu pagelaran musik keroncong, kita tinggal membuka Youtube dan mencari pada fitur pencarian pagelaran musik keroncong yang ingin kita lihat seperti Lesehan Keroncong Asli Taman Budaya Jawa Tengah yang selalu disiarkan langsung melalui channel Youtube milik Taman Budaya Jawa Tengah.
Dalam proses pengenalan dan pelestarian musik keroncong sendiri terdapat banyak cara yang dapat dilakukan selain menggelar pagelaran musik keroncong, membuat lomba atau festival di kalangan generasi muda, dan pada era milenial saat ini terdapat banyak sekali komunitas musik keroncong yang ada di berbagai macam daerah selain di Solo sendiri. Diperlukan bantuan dan dedikasi dari setiap orang yang rindu agar keroncong tetap lestari dan tidak diakui oleh negara lain. Mari kita lihat di beberapa tahun ke belakang, dimana grup-grup keroncong mulai menjamur, entah di kalangan generasi senior maupun di generasi muda sendiri. Derap langkah grup-grup keroncong ini berawal dari kampung ke kampung atau dari desa ke desa sehingga terbentuklah grup keroncong dengan berbagai macam nama dan latar belakang. Contohnya, Orkes Keroncong Baronada yang beranggotakan sekelompok anak muda di daerah Baron Gede, Solo dan kebetulan anggotanya masih satu trah. Berawal dari nongkrong sembari memainkan alat musik gitar, ukulele, dan ketipung, mereka ingin mencari ilmu baru yaitu denga belajar keroncong. Selain itu ada Orkes Keroncong Pandawa yang berada di daerah Semanggi, Pasar Kliwon, Solo yang rata-rata anggotanya berdomisili di daerah tersebut. Lalu, baru-baru ini ada sekelompok anak muda yang tergabung dalam grup Orkes Keroncong Young Javaro yang berlatih di daerah Kampung Sewu dan baru saja memenangkan lomba yang diadakan oleh Universitas Negeri Surabaya dalam Festival Keroncong Pelajar Tingkat Nasional. Di Kota Solo sendiri, sebenarnya ada banyak sekali grup-grup keroncong yang masih aktif untuk berlatih. Dengan berlatih keroncong itulah, mereka mendapatkan ilmu baru, mendapatkan teman baru sehingga relasi mereka bertambah.
Keroncong merupakan sebuah musik yang unik, selain alat musik keroncong yang unik, ada berbagai macam tingkatan lagu yang wajib untuk diketahui ketika ada seseorang ingin belajar menyanyi keroncong seperti langgam, keroncong, stambul, langgam jawa, dan langgam jenaka. Keroncong dapat dikatakan unik karena lagu-lagu yang terdapat dalam keroncong terdapat cengkok yang dikatakan sulit.
Melihat kekhasan dan keunikan keroncong sendiri dan kita pun tahu bahwa Solo menjadi barometer keroncong bagi para pecinta dan pemula musik keroncong, sudah selayaknya Solo dijadikan sebagai kota wisata keroncong. Dengan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti Dinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pariwisata, keroncong juga dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata selain Pasar Klewer, Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, dan lain sebagainya. Dengan melihat data grup-grup keroncong yang aktif, para turis bisa datang ke tempat latihan keroncong pada siang ataupun malam hari. Selain pagelaran Solo Keroncong Festival yang sudah menjadi agenda tahunan, turis juga dapat berinteraksi dan belajar keroncong melalui grup-grup yang masih aktif yang tersebar di seluruh kelurahan atau kecamatan yang ada di Kota Solo.
Semoga, dengan adanya kota wisata keroncong, dapat menambah khazanah wisata dan pembelajaran bagi masyarakat yang rindu belajar dan mengenal musik keroncong sendiri. Tujuannya adalah untuk melestarikan musik keroncong agar tidak punah dan hilang ditelan zaman. Jayalah keroncongku!