Light Keroncong Orchestra : Unforgetable Keroncong
Unforgetable Keroncong demikian tajuk yang digelar sebagai bentuk dedikasi pegiat musik kepada jenis musik keroncong. Dengan sentuhan orchestra, musik keroncong tampil sedikit berbeda tanpa mengurangi rasa hormat kepada maniac keroncong yang beberapa di antaranya masih disibukkan dengan persoalan pakem dan tidak pakem. Agenda besar Unforgetable Keroncong sendiri diisi dengan 2 (dua) agenda besar, yakni seminar dan pementasan Light Keroncong Orchestra.
Dalam seminar hadir sebagai pembicara adalah A, B dan C. cukup luas yang dibahas dalam seminar, disamping aspek keroncong yang kurang marketable, juga dibahas berbagai upaya yang harus dilakukan berkenaand engan pengambangan musik keroncong, di mana salah satunya adalah memasukkan pendidikan keroncong dalam kurikulum sekolah.
Hal yang hangat dibahas di antaranya adalah soal pelestarian musik keroncong. Pelestarian musik keroncong juga tidak bisa dilepaskan dari upaya pengembangan musikkeroncong itu sendiri, sebab semata-mata melestarikan musik keroncong tanda upaya pengembangan cenderung akan mematikan kreatifitas dan menjerumuskan musik keroncong ke dalam persoalan yang lebih besar.
Konsep Baru
Konser dengan solo instrument dalam musik keroncong, selama ini ini sebagian besar hanya diperuntukkan kepada vokal, maka pada konser ini dicoba ditampilkan komposisi baru untuk instrumentasi yakni “clarinet concerto with keroncong music and orchestra” yang akan dibawakan oleh Nino Wijaya.
Gagasan ini bermula sebagai wujud dedikasi serta kecintaan yang besar akan keroncong itu sendiri. keroncong sebagai salah satu budaya asli Indonesia yang mungkin sudah tidak “nge-trend” lagi pada jaman ini. dan keroncong dengan konsep baru ini, diharapkan tetap menumbuhkan optimisme tinggi, baik bagi musisi, penikmat, maupun orang-orang yang telah mengusahakan agar keroncong dapat naik kembali.
Harus diakui bahwa keroncong telah kalah dengan perkembangan era musik sekarang.. namun begitu, konser ini justru berfungsi juga sebagai pengantar untuk para pendengar dalam menerima warna baru keroncong dalam kolaborasi tersebut. Meski pada awalnya agak bertentangan dengan esensi keroncong itu sendiri, juga dengan para musisinya. namun demi kelestarian dan karena kecintaan itu sendiri, maka perpaduan itu justru diterima sebagai suatu kekayaan baru dalam keroncong agar ‘layak jual’ danmenyebar ke seluruh penjuru dunia.
Queen Of Keroncong
Singgih Sanjaya selaku pimpinan Light Keroncong Orchestra mengusung juga penyanyi keroncong senior, yakni Waldjinah yang bisa disebut juga sebagai salah satu Queen of Keroncong. Selain menyanyikan lagu “Ayo ngGuyu” yang sangat popular, Waldjinah ikut serta memberikan testimony dalam seminar berkenaan dengan pengalamannya sebagai penyanyi keroncong.
Penampilan sang Ratu sangatlah mamukau, kemampuan Waldjinah menggerakkan peserta untuk terlibat menyanyi lagu “Ayo ngGuyu” menandai kekuatannya mampu merengkuh peserta untuk terlibat dalam gerakan berkeroncong. Sang Ratu menghibur peserta yangn hadir, sekaligus ingin menghadirkan suasana ceria dalam musik keroncong. Dan Waldjinah berkolaborasi dengan Singgih Wijaya ingin menampilkan keroncong masa depan yang penuh harapan dan penuh kebahagiaan.
Ayo ngGuyuuuuuu…. (Seto)