Absurditas Sisifus Dalam Keroncong
Dalam mitologi Yunani, salah satu tokohnya yang terkenal adalah Sisifus. Ia menjadi salah satu tonggak bagi seorang Albert Camus untuk memulai pencarian makna dalam kehidupan manusia, yang seringkali absurd dan sia-sia. Berbagai pergulatan untuk terus memberi atau menaruh makna pada setiap impian dan harapan, yang acapkali jatuh kembali kepada persoalan yang sepele. Â Tokoh Sisifus sendiri merupakan tokoh yang dikutuk untuk menerima takdirnya, yakni untuk memanggul batu dari lembah menuju ke puncak gunung, dan setibanya di puncak gunung, batu itu kembali bergulir ke lembah,dan Sisifus turun mengambil batu itu untuk dibawa kembali ke puncak, demikian seterusnya.
Camus sendiri memberikan simpulan bahwa perjuangan itu sendiri sudah cukup untuk mengisi hati manusia, tentu dengan mengandaikan bahwa Sisifus bahagia dengan situasi tersebut.
Dan perjuangan untuk mengembalikan music keroncong ke dalam puncak dunia, bisa menjadi semacam jebakan atau kutukan a la Sisifus. Sejauh pemaknaannya terhenti kepada menempatkan keroncong di puncak semata-mata, tanpa tahu untuk apa keroncong harus ada di puncak.
Pahlawan Keroncong
Sejak lahirnya music keroncong, sudah sangat banyak yang terlibat sangat intensif dengan music tersebut, dan bahkan tidak jarang yang telah menjadikan keroncong sebagai dunianya. Alhasil, beragam lagu keroncong tercipta dengan beragam gagasan serta situasi yang melingkupinya. Ada lagu-lagu keroncong (termasuk langgam dan stambul) yang mengisahkan cinta, gugatan, duka, sejarah, ada juga yang berisikan kepedulian, cita-cita bahkan bermuatan teriakan kegalauan.
Masing-masing lagu, membawa kisahnya masing-masing, karena setiap lagu memiliki pemaknaannya sendiri oleh sang pencipta. Persis pada kondisi ini pergulatan dan pencarian makna menjadi sangat personal, sehingga ketika mencari seorang pahlawan keroncong pada akhirnya tidak bisa sekadar ditentukan oleh banyak sedikitnya lagu yang diciptakan, atau seberapa lama tidaknya dalam berkecimpung di dunia music keroncong.
Meminjam istilah yang ada dalam Kamus Besar, kata pahlawan berasal dari kata phala-wan (SanskÅ—ta) yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara,  dan agama – adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Maka kemudian, mendefinisikan pahlawan keroncong akan mengacu seberapa banyak pegiat keroncong, melalui music keroncong memberikan phala bagi bangsa dan Negara, bangsa dan agamanya, atau dalam konteks yang lebih luas, seberapa berani pegiat keroncong memperjuangkan kebenaran dan hati nurani untuk rakyat. Maka, jelas sesungguhnya menggambarkan sosok pahlawan keroncong yang ideal, tentu bukan yang menawarkan kesedihan yang mengharu biru, bukan yang menina-bobo-kan rakyat, bukan yang membius dengan kebahagiaan semu, dan bukan pula yang mengkeroposkan sendi-sendi bernegara. Akan tetapi, mencari sosok pehlawan keroncong akan menelusur pada karya-karya yang : 1) mampu menginspirasi bagi suatu langkah perbaikan; 2) mampu menumbuhkan kesadaran baru; dan 3) mampu menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ketiga criteria tersebut tentu masih terlalu sederhana, dan perlu dipertajam, sehingga diharapkan dapat dikenali siapa sesungguhnya sang pahlawan keroncong.
Belajar kepada Sisifus
Camus memberikan penekanan bahwa, kutukan yang didapatkan Sisifus dengan menjalankan ritme kehidupan yang siklis dan absurd, sudah ada maknanya, sejauh dianggap Sisifus bahagia melakukannya. Maka, jika Sisifus menjalankannya dengan penderitaan, hidup yang dijalaninya tidak lagi bermakna.
Lalu, bagaimana dengan geliat dunia keroncong? Baik dalam dinamika maupun proses penciptaannya?
Layaknya Sisifus, ia menggendong batu sejauh memenuhi takdir hidupnya. Dan, pada kondisi ini, dalam dunia keroncong, takdir bisa ditolak dengan melakukan pemberontakan, dengan memberi makna yang jauh lebih besar. Musik keroncong, bukan batu beban yang akan digelindingkan ke bawah manakala sudah sampai di puncak, melainkan telah menjadi pedang yang bisa digunakan untuk melakukan perjuangan. Musik keroncong merupakan media untuk memberikan kontribusi lebih bagi perubahan ke arah yang lebih baik bagi Indonesia.
Gerakan perubahan yang terjadi di Indonesia menuntut para pegiat keroncong untuk terlibat lebih dalam lagi dalam persoalan bangsa dan Negara. Sehingga, pegiat keroncong di manapun dapat menggunakan music dan irama keroncong sebagai media perjuangan yang sesungguhnya. Keroncong sebagai asset nasional, memiliki potensi strategis, dan harusnya tidak dilihat sebagai beban yang harus ditanggung, melainkan sebagai modal dasar untuk bergerak.
Kembali pada pergulatan hidup, pemaknaan atas kehidupan berkeroncong yang dijalani bergantung kepada tiap-tiap pegiat itu sendiri. Tidak salah, jika kita memilih bermusik keroncong sebatas memuaskan kesenangan kita. Tidak keliru juga kita memilih bermain music keroncong untuk menguji kemampuan diri. Dan, tidak salah juga melalui music keroncong kita akan menempuh perjuangan yang jauh lebih berat, untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam lagi.
Dan di ujung perjalanan hidup, kita akan dihadapkan kepada seberapa banyak buah phala yang telah kita hasilkan. (mboets2000)