Tokoh : Indra Utami Tamsir

Kemayu di Panggung itu Bagus
Oleh: Rasmita Yulia

07. Bas Bethot 3 IndraUtamiCantik, suara bagus, dan memiliki jiwa budaya jawa yang kuat mengantarkan Indra Utami Tamsir menjadi Penyanyi Keroncong Wanita Terbaik dalam ajang AMI Awards 2013. Artis kelahiran Blora 39 tahun silam ini memiliki segudang pengalaman di bidang tarik suara, mulai dari yang bergenre pop, dangdut, hingga langgam jawa dan keroncong, genre yang menjadi jiwanya saat ini. Semangatnya menekuni jenis musik ini semakin meluap-luap setelah pilihannya itu mendapatkan restu dan dukungan penuh dari Ratu Keroncong, Waldjinah.

Ditemui di kediamannya, di Gading Residence, Kelapa Gading Jakarta Utara. Indra, begitu sapaannya, mengaku senang, terharu dan merasa tersanjung ketika dinobatkan sebagai Penyanyi Keroncong Wanita Terbaik dalam ajang AMI Awards 2013. Menurutnya, menyanyi langgam jawa dan keroncong, serta memelihara budaya jawa  sudah menjadi jiwanya.

Sebelum berkarir di dunia musik keroncong, Indra telah melewati berbagai perjalanan dari berbagai jenis musik dan pekerjaan. Ia mengaku pernah menjadi pemandu acara (MC) pengantin hingga pada akhirnya mengkhususkan diri sebagai MC pengantin jawa.
Waktu ia duduk di sekolah dasar (SD), di rumah ayahnya ada seperangkat alat gamelan yang digunakan untuk latihan oleh begitu banyak orang. Pembimbing dan pengajarnya adalah ayahnya sendiri yang merupakan “seniman tulen, pengajar karawitan, dan pengajar tembang.” Sejak kelas 6 SD ia mengaku sudah bisa nggending dan belajar macapat. Ketika SMP, ia  sering mengikuti latihan kolintang di sekolahnya, memainkan lagu-lagu keroncong. Ia lantas menjadi finalis dalam lomba keroncong tingkat SMP. Dari situlah ia mulai memutuskan untuk menjadi penyanyi. “Dari situ saya mulai tahu jati diri saya,” ia menambahkan.

07. Bas Bethot 1 IndraUtamiSemasa SMA ia mengaku lebih menggemari pop dan jenis musik lainnya. Ia juga sempat mengikuti beberapa festival hingga tingkat kabupaten dan provinsi. “Selama SMA cuma boleh ikut festival, tidak boleh ikut pentas yang ada honornya. Ibu saya orangnya sangat tegas. Beliau seorang pedagang, sedangkan bapak seniman. Passion musik saya mengalir dari bapak. Setelah lulus SMA di Blora, saya kuliah di Yogyakarta. Di situlah saya mulai berani menerima tawaran manggung, dan yang lebih banyak adalah untuk menyanyi dangdut,” kenangnya.

Sebenarnya ia tidak suka dangdut. Namun, karena lama berkecimpung di musik dangdut, ia hafal banyak lagu jenis itu. Lagu Roma Irama sampai Evi Tamala ia kuasai. Indra mengatakan bahwa dirinya lebih menyukai musik dangdut yang lembut dan mengalun. Tetapi ia menambahkan, “Di panggung lagu dangdut lembut itu tidak diterima. Tapi dari situ saya justru belajar dan ingin jadi penyanyi dangdut spesial lagu lembut.”
Setelah menikah dan punya anak ketiga, jiwa kejawen Indra memanggil. Ia mulai merasa menemukan jati dirinya. Ia mempunyai keinginan kuat untuk memperlihatkan kebudayaan jawa yang luar biasa. Menurut dia, pada zaman presiden Soekarno kebudayaan jawa benar-benar jadi primadona. Salah satu tandanya adalah, musik keroncong mulai surut setelah tahun 70an.

Dalam satu wawancara dengan media online ia mengatakan sekarang adalah saatnya bagi budaya jawa untuk bangkit kembali, bersama budaya lokal lain tentu saja. Masyarakat perlu mengenal aneka budaya nusantara mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Bisa jadi pemerintah memang sudah punya program terkait dengan hal itu, tetapi Indra merasa dirinya tertantang untuk melakukan perjuangan budaya itu, mulai dari dirinya sendiri.

Indra berkeyakinan musik keroncong dan langgam jawa bisa hadir di setiap kalangan. Supaya lebih banyak yang menyukai keroncong, para penggiatnya perlu berani menabrak pakem. Indra mencontohkan dirinya. Ia mencoba menabrakkan langgam jawa dengan musik keroncong. Langgam yang bukan dengan gamelan, tetapi memakai peralatan musik diatonik plus kendang. “Menabrakkan keroncong dengan genre musik yang digemari kaum muda seperti rock, jazz, atau balada, mengapa tidak?” kata dia.
Indra mengaku masih menyimpan impiannya sendiri, yakni untuk berduet dengan Iwan Fals, artis favoritnya. “Bisa saja lagu Bento yang ngerock disisipi langgam jawa di tengahnya. Bu Waldjinah juga pernah duet dengan Chrisye dan beberapa band anak muda dengan pendekatan seperti itu,” lanjutnya sembari mendendangkan lagu Bento versi keroncong.

Selain soal kemasan, menurut Indra keroncong juga bisa diperjuangkan di sisi medianya.  Penggiat keroncong perlu merambah ke berbagai media yang ada. Selama ini, menurut dia, jarang ada radio FM yang mau memutar lagu keroncong. Mengapa kita tidak ke sana? Internet memang bisa jadi solusi. Tapi ini mendatangkan tantangan berikutnya, yakni bagaimana caranya agar anak muda mau mendengarkan keroncong secara berulang, tidak hanya sekali klik dan setelah itu pergi tak kembali.
Tetapi Indra juga mengingatkan, bahwa para penggiat keroncong perlu lebih kreatif, tetapi harus mampu mempertahankan ciri agung dan glamor yang melekat pada musik itu. Pendengar harus tetap bisa menikmati citarasa lembut dan elegannya.

Saat ditanya sampai kapan akan membawakan musik keroncong dan langgam jawa, ia menjawab,  “Sampai mati saya mau menyanyi langgam.” Terkait hal ini, ia mengaku sangat mengagumi Waldjinah, yang kendati telah puluhan tahun tinggal di Jakarta, tapi jawanya masih kental. Satu kebanggan tersendiri ketika suatu saat Indra mengunjungi Waldjinah yang tengah terbaring sakit. “Ketika itu beliau memberikan restunya pada saya untuk melanjutkan perjuangannya di langgam.” Hal lain dari Waldjinah yang membesarkan hati Indra adalah pesannya, “Suara kamu itu bagus, cantik lagi, tapi kurang kemayu, kurang genit. Kemayu itu bagus untuk di panggung, tapi tidak untuk kehidupan sehari-hari.”

Bagi Indra Waldjinah adalah inspirasi. Ia mengagumi sosok Waldjinah karena prestasinya yang luar biasa. “Sampai saat ini, belum ada penyanyi perempuan yang setara dengan Waldjinah,” pungkasnya.

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial