Evaluasi Vokal Keroncong : kontesnya kaum tua
Persatuan Kaum Ibu Kebayoran menyelenggarakan kegiatan Evaluasi Vokal Keroncong sebagai wadah bagi anggota yang terlibat dalam Latihan Vokal Keroncong yang rutin diselenggarakan di Gedung Sasana Pakarti, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Kegiatan tersebut dalam rangka menguji kualitas vocal para anggota, dan dengan biaya pendaftaran sebesar Rp. 20,000,- (dua puluh ribu rupiah) para peserta diberi kesempatan untuk menyanyi keroncong sebanyak 3 buah lagu. Penyelenggaraan event Evaluasi Vokal Keroncong pada tanggal 17 Juni 2009 oleh Persatuan Kaum Ibu Kebayoran merupakan kali ketiga.
Dengan iringan Orkes Keroncong Gitarani, satu persatu peserta tampil dengan embawakan 3 buah lagu. Dan dari hasil penilaian Dewan Juwi yang beranggotakan H. Yoyo Muchtar, Yondi Swandaru dan Tetty Supangat terpilih sebagai juara adalah :
JUARA |
KATEGORI |
NAMA |
NILAI |
I |
Pria |
Romi Sunandar |
2240 |
II |
Pria |
Achwan |
2125 |
III |
Pria |
Sudarsono Toeloes |
2085 |
Harapan I |
Pria |
H. Suradi |
2080 |
Harapan II |
Pria |
Umar Subeno |
2065 |
I |
Wanita |
Endang |
2285 |
II |
Wanita |
Rohana |
2270 |
III |
Wanita |
Dewi Ratnadi |
2155 |
Harapan I |
Wanita |
Asri Sukarsih |
2120 |
Harapan II |
Wanita |
Wiwik Suwijah |
2105 |
Dan pemenang mendapatklan hadiah berupa Piala, Piagam dan Uang Tunai.
Tua Keladi : semangat yang tak pernah mati
Peserta Evaluasi Vokal Keroncong rata rata usia di atas 40 tahun, bahkan seorang peserta telah mencapai usia 79 tahun. Namun demikian,semangat mereka malampaui usianya sendiri. Hal yang patut mendapat perhatian tersendiri. Bahkan, terdapat peserta yang naik ke panggung dengan menggunakan bantuan tongkat dan berjalan tertatih-tatih, dan akhurnya menyanyi dengan duduk di kursi.
Kesempatan melakukan Evaluasi Vokal Keroncong, bukan semata untuk mencari suara emas, tetapi lebih memberikan kesempatan bagi pecinta keroncong untuk mengartikulasikannya dengan terlibat menyanyi keroncong di depan publik. Dengan tanpa dilakukan kualifikasi peserta, maka terdapat keragaman kapasitas suara, sehingga ada peserta yang memang membawakan lagu dengan lbagus dan lancer, namun ada pula yang lupa liriknya, suara yang serak, bahwa ada peserta yang menyanyi tidak selaras dengan nada.
Hal tersebut tidak mengendurkan semangat panitia untuk terus menyelenggarakan Acara Evaluasi Vokal Keroncong. Mamiek Marsudi selaku Ketua Panitia manyatakan ,”Acara ini memang bukan untuk lomba dalam arti professional, namun lebih mewadahi para pecinta keroncong untuk menyanyi bersama. Kami memang menyediakan hadiah bagi penampil terbaik. Hal ini melulu untuk menjaga agar keroncong bisa tetap hidup, dan menjaga agar api tak padam meski usia telah senja.”
Semangat peserta Evaluasi Vokal Keroncong memang terlihat, antusiasme begitu besar, sebesar harapan pecinta keroncong lain, agar keroncong tetap hidup di Indonesia. Dan bila selama ini fokus penggiat keroncong lebih kepada bagaimana menarik minat generasi muda dalam berkeroncong, dan penikmat dan pecinta keroncong yang sering terabaikan. Maka, sepantasnya diberikan perhatian dan apresiasi pada pihak-pihak yang mengadakan acara-acara seperti ini. (Lala)
Menurut saya sebenarnya keroncong bisa dipopulerkan kembali, dari “kontesnya kaum tua” ke “panggungnya anak muda”. Dari statis menuju dinamis. Untuk ini saya mengusulkan agar HAMKRI (dgn hormat ke Pak Sukardi SH), memfasilitasi terbitnya sebuah buku yg menguraikan estetika dan dinamika yg terkandung dlm musik dan lagu keroncong. Inilah yg banyak orang, terutama generasi muda, tidak mengetahuinya, sehingga mereka mengira bahwa keroncong sekedar rayuan kelana-nya kaum tua. Saya bilang, dlm keroncong terdapat estetika dan dinamika zaman modern, simak misalnya lagu Bengawan Solo: “itu perahu/riwayatnya dulu/kaum saudagar lalu/naik itu perahu…” Itulah dinamika dan sekaligus estetika yg diungkapkan Gesang (secra intuitif) dlm lirik lagu ciptaannya. Sebab, apa artinya keindahan alam, air pasang dan surut akhirnya ke laut, kalau tiada aktifitas manusia? Estetika dan dinamika: itulah lagu keroncong. Salam
Mohon maaf, saya saya menyebut Pak Sukardi SH (maaf ejaan yg benar Pak Soekardi SH) dlm komentar saya, seharusnya saya menyebut Pak Iwan Kresna Setiadi sebagai Ketua Umum HAMKRI yg baru. Saya bahagia membaca artikel di internet bahwa Pengurus Besar HAMKRI telah merancang “4 bidang program” dlm usaha memajukan musik keroncong di bumi Indonesia ini. Saya sungguh berharap bahwa lewat program tsb, keroncong bisa dipopulerkan kembali bersama dgn estetika dan dinamikanya, menjadi bagian dari kehidupan modern. Sebab musik keroncong sebetulnya bukan hanya berkenaan dgn imaji yg mengambang dlm mimpi malam hari, tapi juga dgn kesadaran akan realitas dan kesibukan di siang hari. (Salam saya kepada Pak Iwan dan Pak Goteng, semoga HAMKRI semakin berjaya.)
Iya kaemren2 Omku kena diabets juga.. Alhamdulilah sekarang dah mendingan.. cuma masih berobat saja..Semoga kita sellau di beri kesehatan ya..Amin.