IKF : KERONCONG GOES INTERNATIONAL
Bangkitlah Keroncong Dunia!!
Demikian ikrar yang disuarakan bersama oleh segenap insan keroncong pada peristiwa International Keroncong Festival 2008. Sebuah ikrar yang tak akan pernah terselesaikan, karena ikrar adalah janji yang setiap saat harus disadari dan diperjuangkan.
Tak pernah terbayangkan, meski impian, cita-cita dan

harapan ini selalu dibincangkan para pencinta keroncong. Harapan keroncong menapaki tangga yang jauh, ‘goes International’. Liputan team tjroeng, selama mengikuti prosese International Keroncong Festival (IKF) 2008 yang diselenggarakan pada tanggal 4 s/d 6 Desember 2008 bertempat di Pendopo Pagelaran Sitihinggil Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Surakarta. 16 peserta yang hadir dari berbagai daerah, 15 dari Indonesia dan 1 dari Malaysia setidaknya mencoba menjadi representasi keinternasionalannya. Dan dalam penyelengaraannya penampilan peserta membuktikan bahwa festival ini tidak sembarangan, bahkan menunjukkan keroncong yang bangkit.
Menapak ke gerbang keroncong dunia.
Handartono, Kepala Sudin Pariwisata Seni dan Budaya Kota Solo membuka perhelatan IKF 2008. Dalam pidato pembukaan disampaikan bahwa IKF 2008 diharapkan menjadi momentum bagi kebangkitan keroncong, dan musik keroncong bisa menyebar ke berbagai Negara. Kehadiran Orkes Keroncong Yayasan Warisan Johor (Malaysia) sebagai satu-satunya group dari manca Negara bisa diharapkan juga sebagai salah satu ujung tombak perkembangan musik keroncong di luar negeri.
Menjadikan keroncong goes international sesungguhnya telah dirintis sang maestro keroncong, Gesang, di tengah kepayahan sakitnya tatkala di kunjungi pihak panitia IKF 2008 di kediamannya, sang Maestro berpesan, “ Keroncong adalah musik bangsa yang harus dilestarikan bersama, bukan hanya milik Solo dan kerukunan yang senantiasa diharapkannya tetap terjaga. Maka terlepas lagi dari polemik yang berkepanjangan dalam jagad keroncong, rasa suka atau tidak suka, adanya dukungan atau tidak toh pada akhirnya keroncong akan tetap bangkit,”.
Penampilan 16 group keroncong yang hadir mencoba membuktikan seberapa dahyat kreativitas dan komitmen yang ada untuk melangkah masuk ke keroncong dunia. Hanya kreativitas dan keberanian untuk menelorkan gagasan baru dalam keroncong yang akan sanggup meretas jalan menuju dunia yang lebih besar bagi keroncong itu sendiri.
Kami Bangkit!!!
Begitu yang ingin disampaikan oleh seluruh peserta IKF 2008 melalui lagu-lagu dan aransemen yang ditampilkan. Pementasan OK Irama Bama dan OK Canina dari Surabaya sangat memukau dengan tambahan perkusi yang memberi nilai lebih pada musik keroncong. Personel keduanya sangat memukau penonton dengan lagu-lagunya.
Harmony Chinese Music Grup (HCMC) dari Bandung memberi suasana lain. Musik keroncong dengan menggunakan alat musik tradisional China seperti yangqin (kecapi pukul), guzheng (kecapi), liuqin (chinese ukulele), erhu (alat musik rebab), pipa (chinese flute), sanxian (chinese banjo), danuan (bass), ruan (chinese gitar), dan dizi (suling). Bahkan HCMC berkesempatan mengiringi Gusti Mung yang juga dikenal sebagai GKR Wandansari saat menyanyikan Langgam Jembatan Merah.
Lagu Gerimis Mengundang dibawakan dengan sangat apik oleh Yayasan Warisan Johor dari Malaysia dengan vocalist-nya Wahidah AR. Keikutsertaan Yayasan Warisan Johor dalam IKF 2008 memberi warna tersendiri. Musik keroncong dengan sentuhan musik Melayu menambah khasanah musik keroncong. “ Kami gembira sekali bisa ikut tampil di ajang IKF 2008 ini, bisa bersilahturahmi dengan seniman musik di Indonesia. Semoga acara IKF 2008 ini dapat diagendakan rutin setahun sekali dan Yayasan Warisan Johor diundang kembali,” papar H. Omar Qaib, pimpinan dari Yayasan Warisan Johor ini.
Kebangkitan musik keroncong menjadi semakin kuat dengan penampian OK Tjongrock dari Semarang. Gaya permainan mereka sangat solid, mulai aransemen lagu, baik melodi, perpindahan chord dengan tempo cepat kemudian melambat yang dikemas menarik. Penampilan OK Tjongrock merupakan gambaran sempurna dari segi komposisi aransemen lagu, kualitas dan totalitas pemain serta penyanyinya yang sungguh luar biasa.
Hadirnya Ikhsan Idol, Tia AFI, Haikal AFI dan Melly Goeslaw semakin menyemarakkan

IKF 2008. tampilnya mereka memberi nuansa lain. Lagu pop yang dikeroncongkan dengan iringan Solo Keroncong Orchestra (SKO). SKO sendiri beranggotakan 40 remaja yang memang secara khusus menggeluti musik keroncong. Tidak ketinggalan, cucu sang maestro Gesang, yakni Asti Dewi ikut menembangkan Bengawan Solo dan Gambang Semarang.
Kemilau IKF 2008 semakin kuat, dengan tampilnya OK Nandya Dewi dari Purbalingga, sebuah group keroncong yang seluruh pemusiknya adalah perempuan. Partisipasi mereka sangat memukau. Puncak penampilan adalah tampilnya Orkes Keroncong Tirta Lawu dari Karanganyar. Aransemen lagu yang mereka tampilkan sangat menghenyakkan, dan kadang menggelitik. Kreativitas dan eksplorasi musik keroncong yang disuguhkan meski dengan kelengkapan alat musik standard keroncong, sangatlah inspiratif. Pada sisi ini, terlihat bahwa kreativitas menjadi kunci utama. Kreativitas menjadi man behind the gun dari keroncong.

Selain group keroncong yang telah disebut, turut memeriahkan IKF 2008 adalah OK Rinonce (Yogyakarta), OK Irama Pakuan (Bogor), OK Bintang Remaja (Pati), OK Penawar Rindu (Batam), OK Minimalis dan OK. Solo Senior (Solo), Orkes KR. 56 (Lampung), OK Merah Putih (Bandung) dan Keroncong Cyber Tjroeng.
Keroncong goes to Mall….
IKF 2008 selain sebagai ajang berkumpul dan beradu kreativitas dalam musik keroncong, juga merupakan ajang sosialisasi untuk mengajak masyarakat khususnya yang muda untuk bisa kenal dan menggemari keroncong. Maka panitia bekerja sama dengan Solo Square dan Solo Grand Mall dalam penyelenggaraan IKF. Bertempat di Food Court kedua mall tersebut, selama ajang IKF 2008 dilaksanakan menjadi lokasi pementasan keroncong.
Respons pengunjung mall sangat positif atas pementasan keroncong di mall.

Tampilnya Tia AFI, Haikal AFI di mall-mall membawakan lagu keroncong menyedot perhatian, terlebih, di saat tampilnya Tika, gadis mungil berusia 5 tahun tampil membawakan Langgam Bengawan Solo. Tika menyanyi diiringi oleh Keroncong Cyber Tjroeng.
Dipilihnya mall sebagai salah satu tujuan sosialisasi musik keroncong sangatlah tepat. Hal ini untuk mendekatkan musik keroncong kepada generasi muda yang saat ini banyak mencari suasana dan hiburan di mall-mall. Namun demikian, kerjasama dengan pihak manajemen mall perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan tidak jarang stand dan counter di mall juga memiliki jenis musik tersendiri yang pada akhirnya hanya akan menjadikan suasana hingar bingar dan memekakkan telinga semata.
Keroncong Cyber : dari internet untuk keroncong
Keroncong Cyber Tjroeng, sebuah nama yang menyeruak di IKF 2008. permainan musik yang disuguhkan tergolong sangat bisasa untuk ukuran keroncong, namun yang membuatnnya menjadi istimewa adalah group Keroncong Cyber Tjroeng yang berasal dari berbagai daerah, dan baru sempat berkumpul pagi hari di hari terakhir penyelenggaraan IKF 2008.
Kumpulan pecinta keroncong yang disatukan oleh komitmen untuk menghidupkan keroncong dan megandalkan media internet sebagai ajang komunikasi ternyata bukan menjadi penghalang besar bagi group ini untuk tampil. Bahkan dari 4 lagu yang ditampilkan, salah satunya merupakan karya orisinil komunitas keroncong Tjroeng yang menaungi Orkes Keroncong Cyber Tjroeng.

Jarak Bandung, Jakarta, Jogja, Solo, Pekalongan, Klaten, Surabaya, dan Banten bukan menjadi rintangan untuk menyatukan hati bermain keroncong bersama. Bahkan untuk lagu karya komunitas Tjroeng yang dibawakan, yakni Langgam Mata Air Pegunungan baru ada yang kenal di saat latihan. Namun, begitulah keroncong, merupakan jiwa dan hati yang hidup. sehingga teknologi melulu menjadi media untuk menyatukan jiwa-jiwa keroncong yang berserak entah kemana. Ikatan harmoni keroncong mengumpulkan dan mengalun indah.
Sebagai pengikat kebersamaan pecinta keroncong, dalam IKF 2008 juga dideklarasikan tanggal 5 Desember sebagai Hari Kebangkitan Keroncong Dunia dengan semboyan “Bangkitlah Keroncong Dunia!”serta menjadikan Sitihinggil Keraton Kasunanan Surakarta sebagai “Keroncong Virtual Palace” atau Istana Keroncong Imajiner. Pada kesempatan ini seluruh insane keroncong ditantang untuk lebih giat lagi berkarya dan mengisi aktivitas Sitihinggil dengan aktivitas keroncongm, sehingga pada akhirnya Sitihinggil tidak semata menjadi istana keroncong imajiner yang sama sekali absurd. Masyarakat keroncong ditantang uintuk mengisinya.
Selamat atas terselenggaranya IKF 2008. *** (Clara)