KETIKA PEREMPUAN BERBICARA KERONCONG

Geliat musik keroncong pada tahun abad 21 ini masih jauh panggang dari api, adem-adem saja. Dan oleh karenanya gerakan mempopulerkan musik keroncong dan sekaligus menjadikan musik keroncong regeneratif bagi tunas-tunas bangsa harus menjadi perhatian semua pihak.

Lahirnya tunas-tunas baru akan sangat bergantung dengan apa yang telah dilakukan pada saat ini, dan secara khusus dalam edisi ini, Tjroeng menghadirkan suara perempuan, suara ‘ibu”, di mana peran perempuan dan ibu sangatlah besar dalam proses regenerasi bangsa, termasuk keroncong tentunya. Dan pada posisi ini perlu kita mengutip aya yang disampaikan oleh Yuningsih Ketua Fatayat Kec. Gebang yang juga aktif dalam pemberdayaan peran perempuan, “Suara perempuan harus didengar dalam membuat kebijakan pemerintah baik saat mereka berada di rumah (peran domestik) atau mereka yang berperan dalam sektor publik,”.

Ny. Hj. Yuli Erawati, ibu dari 3 orang putri-putra yang sekaligus merupakan Ketua Himpunan Artis dan Musisi Keroncong Republik Indonesia (HAMKRI) – Jawa Barat, menyatakan bahwa sejak kecil ia telah bergelut dengan dunia musik, sebagai penyanyi, Sebagai penyanyi saya dituntut untuk bisa membawakan lagu apa saja, termasuk keroncong. Apalagi keroncong adalah musik asli Indonesia, saya tertantang untuk bisa menguasai. Ternyata setelah mencoba, lagu keroncong itu sangat enak untuk dinyanyikan. Lama kelaman, satu demi satu lagu keroncong pun bisa saya bawakan. Ada rasa kebanggaan ketika bisa menyanyikan lagu, sebab tidak semua orang bisa membawakannya, “paparnya mengenang masa kecil.

Perkembangan keroncong saat ini dirasakannya ada sedikit kemajuan, hanya belum seperti yang diharapkan. Lewat penyanyi-penyanyi didikannya, Yuli optimis bahwa keroncong tidak akan pernah mati. Apalagi saat ini banyak anak muda yang bergiat untuk memajukan keroncong, rasa optimis itu semakin tumbuh. Namun demikian Yuli berharap pemerintah mau ikut memperhatikan musik keroncong, dengan memberikan ruang sebanyak-banyaknya bagi artis dan musikus keroncong di dalam mengekspresikan proses berkeseniannya. Respons Yuli sangat baik melihat HAMKRI Solo sudah mengusulkan kepada Pemkot Solo untuk membuat Perda tentang kewajiban station radio di Solo untuk setiap harinya mengtalokasikan acara untuk pemutaran lagu keroncong. Yuli sangat senang. Ia berharap, hal itu bisa diterapkan di kota-kota lain. Sebab promosi dan pengenalan terus menerus merupakan cara ampuh untuk memperluas penggemar keroncong. Seperti kata pepatah, tidak kenal maka tidak sayang.

Menurut, Yuli yang juga memiliki 2 group keroncong, untuk menjadikan orang tertarik kepada keroncong memberi kiat-2 supaya orang tertarik belajar keroncong dengan mengatakan bahwa bernyanyi keroncong itu bisa dipelajari. Asal punya dasar menyanyi, semua orang bisa belajar. Maka di rumahnya yang luas, Yuli membuat gedung yang di beri nama Gedung Brataatmadja, disana didirikan Sanggar Brata Nada untuk melatih orang-orang yang ingin belajar keroncong. Saat ini Yuli mempunyai 2 group keroncong. Yang satu bernama OK Gita Romantika, yang pemainnya kebanyakan anak-anak muda. Dan OK Rayuan Sukma yang diisi pemain yang lebih senior/tua. OK Rayuan Sukma merupakan nama OK milik ayahandanya, yang eksis di Semarang

Yang hanyutkan rasa

Sedikit berbeda adalah Ny. Eko Nugrahaeni (40 th) yang akrab dipanggil Anik Cenil. ” Irama musik keroncong itu menghanyutkan rasa. Rasa adalah salah satu hal penting dalam kehidupan kita yang harus dijaga. Nglaras rasa, merupakan hal terpenting bagi kita untuk menyelaraskan kehidupan lahir maupun bathin. Dan hal tersebut bisa saya dapatkan saat mendengarkan lagu lagu keroncong yang maklegender (oleh beberapa orang dibilang mendayu ndayu…). Walaupun oleh beberapa rekan … saya dibilang jadul banget” lebih lanjut ia menjelaskan, ”Irama musik keroncong sangat unik, bahkan lagu keroncong terkait erat dengan awal berdirinya negara kita tercinta ini. Semua orang tidak dapat mengelak dari fakta tersebut. Jadi memang tidak ada salahnya kita menyukai lagu keroncong…. Lagu keroncong dapat membuai rasa, membuat penikmatnya tidak menjadi histeris atau heboh… mereka menikmati lagu keroncong.. ya dengan nikmat, apalagi kalau ditemani secangkir kopi tubruk… wow!!!”
Dari kesukaan terhadap musik keroncong ini, Ibu Cenil berharap, jika ada event event yang berhubungan dengan lagu keroncong agar lebih dipublikasikan agak ramai. Sehingga masyarakat menjadi aware… Bisa via surat kabar, majalah, atau tabloid. Kalau hanya via milis.. kan tidak seluas media media tersebut. Semoga Festival Keroncong secara rutin bisa diadakan, se-heboh Jak Jazz, misalnya.
Harapan lain, untuk meningkatkan kualitas supaya lebih ngeroncong bintang keroncong juga dipublikasikan, dan juga di-trainee, supaya cengkoknya bisa seperti senior senior yang ada. ” Karena jujur.. buat saya.. penyanyi penyanyi yang masih muda, belum begitu ngeroncong banget suaranya… kurang mak nyuss ndengernya..Kalau perlu akses ke stasiun televisi swasta ditembus.. bahkan kalau perlu diPAKSA,. rating diabaikan, dan harapannya Video klip lagu keroncong bisa mengakses MTV. Itu baru jos gandhos… top markotop. Memang sih, semua hal diatas membutuhkan investasi yang tidak sedikit, namun namun siapa tahu dengan adanya dukungan pemerintah, kita bisa menembus semua itu, asal jangan didukung oleh produsen rokok aja… disini independensi dipertaruhkan.” lanjut ibu dari 3 anak yang memiliki hobby keluyuran di alam bebas, mendaki gunung atau ke masuk ke dalam hutan, membaca buku buku tentang sejarah dan sosial budaya, karya sastra fiksi berlatar sejarah, bermain dan mendengarkan lagu, dengan penuh harap.



Keroncong is trully Indonesia

Yo jelas karena keroncong itu trully Indonesia, and 100% me,” begitulah yang dinyatakan oleh ibu Soufana Intan (40 th) ketika ditanya kenapa ia menyukai musik keroncong, ” Kerontjong is an Indonesian Heritage, itulah alasannya dan alasan lain adalah, rasanya kalau denger musik keroncong semua kerinduan tersapu, musiknya yang mendayu memberikan sensasi nyaman, serasa lenggahan di pelataran rumah Embah, lihat syairnya – kerontjong yang kukenal sebagian besar mendendangkan lagu cinta tanah air, ya kan?” sergahnya.

Soufana, yang lulusan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) dan saat ini aktif sebagai konsultan pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Provinsi Banten melihat bahwa Keroncong ngga boleh punah, ngga boleh mati… Ini warisan negeri, kita sekarang yang masih ada harus mengupayakannya biar bisa dinikmati terus. Harus ada memang orang-orang yang mendedikasikan diri untuk melestarikan, membuat kegiatan-kegiatan yang mempopulerkan kembali, merangkul kelompok-kelompok yang sebenarnya masih ada di berbagai tempat untuk bisa saling kontak dan berbagi.

Berbagi dengan si Miskin yang hidup sengsara

”Mendengarkan keroncong mungkin sekali sejak di dalam perut Ibunda, karena Ibu adalah penyuka keroncong. Kalau tertariknya, sejak Mbah Kakung saya meninggal, karena setiap kangen sama Beliau, saya selalu mendengarkan lagu favoritnya, yaitu : Di Bawah Sinar Bulan Purnama, dengan irama keroncong. Saya selalu diingatkan untuk bisa berbagi seperti lirik dalam lagu itu, yaitu berbagi suka dengan semua, termasuk si miskin yang hidup sengsara, agar mereka turut bersuka,” demikian disampaikan oleh Ny. Rinawati (37th) kepada Tjroeng. Ibu dari 2 orang puteri ini lulusan Teknik Arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung nampak sangat antusias dengan ketika bercerita mengenai keroncong.

Dinilainya, perkembangan musik keroncong saat ini sangat sangat memprihatinkan, karena tidak ada para pemegang kuasa dipemerintahan yang peduli. Misalnya saja institusi kendali budaya di negara ini-pun tidak peduli, baik dengan mem-patent-kan keroncong sebagai musik asli indonesia, lalu mengembangkannya, menjadikan generasi penerus suka, lalu mungkin bahkan mengangkat derajat para pegiat keroncong. agar mereka tetap bisa eksis dan terlindungi kreatifitasnya, sehingga mampu menularkan virus positif keroncong kepada lintas generasi.
Harapan kepada penyelenggara negara paling diharapkan saat ini untuk semakin menggiatkan dan menjaga eksistensi keroncong adalah : 1) Mempatenkan musik keroncong sebagai musik Indonesia, 2) mendorong dan memfasilitasi pegiat keroncong untuk menjaga kontinuitas keromcong sekaligus membuat film yang berbasis musik keroncong, bisa berupa film musikal yang dibuat menarik dan dapat memberi kesan positif bagi lintas generasi; 3) Mendirikan pusat pengembangan musik tanah air, yg di dalamnya terdapat musik keroncong, semacam TIM, tapi khusus musik, disitu ada gamelan/musik tradisional dari berbagai daerah, dan termasuk keroncong sebagai yg bernuansa nasional, tapi khas Indonesia. Di situ rutin ada diskusi tentang musik di Indonesia pertunjukan musik, perpustakaan, dan tempat kursus beragam alat musik khas tanah air, dan juga bekerjasama dg stasiun tv ato radio utk buat acara rutin di station mrk, juga dibuka kerjasama dengan dunia akademik untuk memberikan kursus musik keroncong melalui kegiatan ekstra kurikuler, selain itu melalui lembaga ini dapat bekerjsama dengan KBRI melalui Deplu untuk pentas secara rutin dalam setiap event di negara2 lokasi KBRI di seluruh dunia.

Harapan sebagian perempuan terhadap keroncong merupakan harapan bangsa. Dan seluruh masyarakat dituntut untuk terlibat dalam menjaga kekayaan musikal Indonesia. Kepedulian insan Indonesia, khususnya peguat keroncong semakin ditantang dengan harapan-harapan itu. (tjroeng)

Please follow and like us:

3 thoughts on “KETIKA PEREMPUAN BERBICARA KERONCONG

  • June 13, 2009 at 7:03 am
    Permalink

    The article is usefull for me. I’ll be coming back to your blog.

  • July 30, 2009 at 11:13 am
    Permalink

    Submit tulisan anda di Kombes.Com Bookmarking, Agar member kami vote tulisan anda. Silakan submit/publish disini : http://bookmarking.kombes.com Semoga bisa lebih mempopulerkan blog/tulisan anda!

    Kami akan sangat berterima kasih jika teman blogger memberikan sedikit review/tulisan tentang Kombes.Com Bookmarking pada blog ini.

    Salam hormat
    http://kombes.Com

  • March 18, 2011 at 12:38 pm
    Permalink

    Berat pelatih mungkin tidak latihan selama 3 sampai 4 jam seperti pelari maraton amatir, tetapi mereka dapat menemukan suhu tinggi dan kelembaban, terutama kentangkamu di gimnasium yang tidak ber AC atau lingkungan lain di mana mereka bekerja keluar.Ken, terima kasih untuk komentar.Dia tidak pernah melihat ayam pergi ke luar selama kunjungannya. kentangkamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial