Komunitas Keroncong Cyber

“Selamat pagiiii… saya Gigih di Paiton, suka juga dengerin keroncong, mungkin kebiasaan ortu ya…jadi sampai sekarang masih seneng menikmati lagu keroncong dan
rengeng-rengeng cuma sayangnya suaraku gak seberapa bagus he..he..he….
mohon infonya tentang pembagian/ klasifikasi lagu-lagu keroncong, soalnya
aku masih gak mudheng nih…”.

Sepenggal kalimat di atas menjadi titik awal terbentuknya Komunitas Keroncong Cyber (KC). Dari hanya seorang anggota, perlahan namun pasti anggota KC dari hari ke hari semakin bertambah jumlahnya. Satu per satu kegiatan pun dirancang dan dilakukan oleh KC. Munculnya kegiatan-kegiatan tersebut tidak terlepas dari keinginan yang begitu kuat semua anggota untuk kembali mengangkat citra Musik Keroncong yang semakin redup, menjadi musik yang kembali diminati oleh banyak orang dan dari banyak kalangan.

Kegiatan pertama KC adalah membuat kaos yang bertuliskan kata-kata ajakan melestarikan keroncong “Play Music Keroncong, Save Indonesian Heritage”. Kaos ini kemudian menjadi semacam trade mark KC. Di setiap kesempatan, anggota KC yang tersebar di banyak kota selalu mencoba untuk memakai kaos ini, demi mensosialisasikan Musik Keroncong. Hal ini juga dilakukan, ketika KC berkesempatan hadir pada acara Gebyar Keroncong, yang saat itu masih di siarkan secara live oleh TVRI. Sayang, acara itu kini tinggal kenangan.

Kegiatan berikutnya, yang tidak kalah pentingnya adalah ketika KC mampu menerbitkan Buletin Keroncong pertama di Indonesia dan juga di Dunia. Tidak jauh dari tujuan pembuatan Kaos, pembuatan buletin ini juga bertujuan untuk sosialisasi keroncong. Maka target pembacanya pun adalah anak-anak muda dan juga orang tua yang awam terhadap Musik Keroncong. Melalui proses demokrasi yang berakhir manis, nama Tjroeng akhirnya disepakati sebagai nama Buletin ini. Buletin yang disebarkan secara gratis, dan biaya untuk produksinya didapat dari donatur, ternyata diminati oleh banyak kalangan. Meski proses publikasinya dilakukan secara sangat sederhana, “dari mulut ke mulut”, namun Buletin ini sudah di baca oleh penggemar keroncong di luar negeri, seperti di Malaysia dan di Belanda.

Kehadiran Tjroeng menjadi pertanda baik bagi perkembangan keroncong. Melalui keseriusan pegiatnya, perlahan KC pun mulai terlibat pada kegiatan-kegiatan Keroncong di tanah air. Keterlibatan KC di mulai dari pementasan Keroncong di Kota Bogor, Konser Keroncong 2008 di Pura Mangkunegaran yang digagas Sundari Soekotjo, Kegiatan Republik Keroncong di Bandung, Festival Kampung Toegoe di Jakarta Utara, dan Internasional Keroncong Festival di Solo.

KC, melalui Rencana Strategis Komunitas Keroncong, ke depan akan berupaya membuat kegiatan yang bermanfaat, baik untuk keroncong itu sendiri maupun untuk pegiatnya. KC berharap, di masa yang akan datang keroncong bisa menjadi musik yang digemari oleh banyak orang, sehingga seluruh Sistem Musik Keroncong, mulai dari musiknya, penyanyinya, dan pemainnya akan kembali mengalami kejayaan seperti era tahun 60-an.

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial