Kerontjong menyampaikan pesan dengan keindahan bahasa

Mungkin kita ingat film kepahlawanan yang berjudul Serangan Fajar, atau Jogya Kembali. Dalam film tersebut, satu lagu karya Ismail Marzuki (1914 – 1958 ) sempat muncul dalam salah satu adegan film yang dilantunkan Almarhum Gito Rollies dengan iringan gitar, manis sekali. Lagu tersebut berjudul Rindu Lukisan.

Mari kita ikuti lirik lirik lagu tersebut,

Rindu Lukisan..mata suratan..hatiku nan merindu..

Rindu bayangan nan meliputi paras seri wajahmu…

Mengapa membisu seribu basa..

Mungkinkah bulan merindukan kumbang

Dapatkah kumbang mencapai rembulan

Rindu katakan, rindu usah kau malu karna asmara

Risau engkau dik, risau akupun maklum maksud hati tak sampai

Rindu hatimu akupun demikian, rindu sudah nasib untung dibadan.

<Ismail Marzuki >

Fiuuhhh.. selamanya saya tidak akan bosan dengan lagu ini.

Kekuatan lirik lagu

Lagu ini bercerita tentang pemuda yang sedang kasmaran. Yang menarik adalah pengungkapan perasaan sang pemuda tersebut, tidak cengeng walaupun tampak sekali bahwa sang pemuda sangat mengharapkan, tidak bernafsu meskipun sangat jelas bahwa sang pemuda sangat menginginkan pujaannya , justru yang sangat menonjol adalah penghargaan yang tinggi terhadap wanita yang sedang dipuja.

Dan memang seharusnya seperti itu, tidak layak bagi kita memuja seseorang dengan ungkapan dan kata kata sarkastic yang penuh sumpah serapah atau ungkapan menghiba hiba yang berlebihan. Menempatkan sesuatu secara proporsional, itulah kelihatannya yang ingin disampaikan dalam lagu kerontjong masa lalu semacam Rindu Lukisan tersebut.

Lirik lirik lagu dengan penggunaan kata kata yang bermakna dalam, namun dalam tingkatan bahasa yang santun banyak kita temukan pada lagu lagu kerontjong masa lalu, seperti Aryati, Rangkaian Melati, Juwita Malam, Dibawah Sinar Bulan Purnama, Terkenang Kenang, Dewi Murni dan lain lain.

Jelas itu adalah kesengajaan sang pencipta lagu, yang tidak hanya mengharapkan keindahan sebuah lagu, tetapi ada makna pendidikan yang ingin disampaikan. Maka tidaklah mengherankan apabila banyak lagu kerontjong yang sudah berumur puluhan tahun, tetap nyaman didengar sampai sekarang, karena memang pemilihan kata kata dalam lirik lagu tersebut sangat hati hati. Contohnya lagu Rindu Lukisan diatas, lagu tersebut diciptakan oleh Ismail Marzuki di era tahun 40-an, dan sampai sekarang tetap saja lagu tersebut terasa nyaman ditelinga.

Bandingkan dengan lagu lagu kasmaran modern yang lebih vulgar dalam pemakaian kata. Banyak hal hal tabu dimasyarakat dengan alasan seni dipakai secara bebas tanpa memikirkan akibat dari setiap lirik lagu itu di masyarakat. Saya bahkan sempat terkejut ketika mendengar salah satu lagu yang dibawakan penyanyi pop terkenal yang menggunakan kalimat “ siapapun yang mencintaimu akan kubunuh” … sangat luar biasa aneh menurut saya.

Biasanya, lagu lagu semacam ini hanya akan bertahan dalam hitungan bulan, setelah itu akan dilupakan orang. Repotnya lagunya sudah tidak begitu populer, tetapi penggalan lirik lagu tersebut lebih lama bertahan dimasyarakat.

Lirik yang bertanggung jawab

Ismail marzuki adalah sedikit dari banyak pencipta lagu kerontjong yang mencoba menyampaikan pesan lewat lagu, dengan tetap memikirkan sisi budi pekerti yang baik dalam setiap bait lagunya. Beliau sangat tahu betul, bahwa sebuah lagu bisa merubah perilaku masyarakat dengan sangat mudah. Bukti paling nyata bahwa lagu bisa merubah perilaku masyarakat adalah ketika konser musik berlangsung, ratusan penonton bisa berjingkrak tanpa kontrol karena pengaruh lagu yang sedang dibawakan sang penyanyi.

Bertanggung jawab.. itulah kata paling tepat yang pantas diberikan kepada Bapak kerontjong kita ini. 250 lagu beliau ciptakan semasa hidupnya, tidak satupun lagu yang beliau ciptakan, menggunakan kata kata kurang pantas dan tanpa makna didalamnya. Hebat bukan?…

Alasan Kerontjong harus tetap ada

Musik Kerontjong saat ini dalam masa masa hibernasi, dilupakan dan tidak dilirik oleh generasi muda sekarang. Tetapi Kerontjong tidak boleh mati, karena keberadaannya adalah cermin bening keluhuran budaya timur yang penuh tata krama dan sopan santun.

Ditengah masyarakat yang sedang mengalami degradasi moral, seharusnya Lirik lirik lagu Kerontjong bisa dijadikan contoh bagaimana seharusnya lagu menyampaikan pesan dengan indah dan hati nurani. Bagaimana sang pencipta lagu berkomunikasi dengan masyarakat secara santun. Sehingga bukan hanya hiburan yang didapat masyarakat kita, tetapi nilai nilai budi pekerti sang pencipta lagu yang bisa ditiru.

Kerontjong adalah keindahan yang dibalut budi pekerti, yang memunculkan keteladanan bukan keedanan yang menghancurkan.

Aryatiiii… dikau mawar asuhan rembulan… Aryatiiii… dikau gemilang seni pujaan… tjroenk ..tjroenk..tjroenk..

(seagate)

Please follow and like us:

6 thoughts on “Kerontjong menyampaikan pesan dengan keindahan bahasa

  • November 23, 2009 at 8:55 am
    Permalink

    Saya sangat senang membaca tulisan “Keroncong menyampaikan pesan dan keindahan bahasa” ini. Setuju, lirik-lirik lagu keroncong memang indah, di antaranya ungkapan metafora seperti dlm lagu “Aryati” ciptaan Ismail Marzuki itu, “dikau mawar asuhan rembulan”. Metafora ini bermutu tinggi, menghubungkan langit dan bumi, mawar yg di bumi dan rembulan yg di langit. Mengenai pesannya, menurut pengamatn saya sebagai seorang penggemar lagu keroncong, lirik-lirik lagu ciptaan Sapari banyak mengandung perenungan, nostalgia, dan filsafat hidup! Misalnya dlm Kr. Romansa, Sapari menafsirkan hidup ini sebagai perjalanan dlm ruang dan waktu, bak air mengalir dari hulu ke hilir, menuruni lembah hijau dan padang ilalang, merambah hutan yg bergunung:

    selanggam air milir
    meriasi lembah hijau
    padang lalang
    dan rimba bergunung
    di remang balada tualang
    pergi tiada kembali

    Manusia boleh merindukan masa lalunya, namun itu hanya semacam rayuan yg rapuh; karena “air” kehidupan itu mengalir terus menuju lautan tiada kembali ke hilir lagi……:

    merindu daya kuasa
    walaupun serapuh rayu
    mengembalikan remajaku
    masa riang dilela cinta

    Sekian dulu komentar saya kali ini, terima kasih.

  • December 4, 2009 at 11:07 am
    Permalink

    Pak Ruslan,
    Salam kenal
    komentarnya bagusss bangettt.. saya suka,
    kebetulan Kr. Romansa itu lagu favorit saya..

  • December 23, 2009 at 12:16 pm
    Permalink

    Bu Clara,
    Salam juga buat Anda; terima kasih atas apresiasinya. Senang mengetahui Kr. Romansa itu lagu favorit Anda, semoga bertambah sejahtera. Salam

  • January 5, 2010 at 9:42 pm
    Permalink

    Rindu lukisan.
    (sebuah lagu mistis antara hamba dan Pencipta)

    Kerinduaan seorang hamba(lukisan) kepada sang pencipta(pelukis) dengan keterbatasan pandangannya(suratan mata)dia berusaha merindukan penciptanya,
    Yang hanya bisa menbayangkan tentang sosok yang dirindukannya(paras sari wajahmu).
    tidak ada bahasa dan kata kata yang bisa menjelaskan semua ini.
    Seorang hamba(kumbang) yang mempertanyakan kerinduan sang Pencipta(bulan) pada salah satu hambanya dan juga mempertanyakan kemampuan dirinya(kumbang) untuk mencapai sosok yang dirindukanya(bulan).
    kerinduan yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata dan perasaan malu karena telah begitu merindukan.
    Kerisauan pikiran dan hati menghalangi hasrat pencapaian kerinduanya yang tidak mungkin tercapai.
    Kerinduan sang Pencipta untuk dikenali dan kerinduan ciptaanNya untuk mengenali.
    Begitulah rasa kerinduan ini dan betapa bahagianya seorang hamba yang mengalami rasa kerinduaan ini.

    Maaf ini hanya persepsi saya terhadap syair yang indah karya Ismail Marzuki.

    Salam….Yana Denki.

  • June 8, 2017 at 3:52 pm
    Permalink

    Keroncong Romansa…
    Membuat hati bergetarrr..
    Kehidupan yang terus berjalan…
    Namun masa dahulu tetap membarikan kenangan…

  • October 17, 2018 at 11:32 am
    Permalink

    Artikel sangat menarik. Krontjong itu apa?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial