Nyidham Sari
Lagu terindah, karya Andjar Any
Kalau dikatakan lagu terindah, bukan berarti lagu lain karangan Andjar Any kalah indah dengan lagu ini. Banyak sekali lagu karya Andjar Any yang begitu indah, nah kalau dipilih yang ’top-ten’ alias 10 terbaik, penulis memasukkannya ke salah satunya. Namun, bagi penulis lagu ini sama hebatnya dengan lagu Yen Ing Tawang Ana Lintang (bercerita tentang penantian dan kerinduan Andjar Any menunggu kelahiran putri tercinta) dan merupakan 2 lagu terhebat karya Andjar Any.
Syair lagu ini penuh dengan perumpamaan, peribahasa, yang secara bahasa sangat indah dan menawan, sangat membekas di hati pendengarnya, sehingga banyak orang ’jatuh cinta pada pendengaran pertama’. Peribahasa di sana, bermuara pada pujian, pujaan, dambaan kepada seorang wanita. Coba, simak saja syair lagu yang penulis ambil dari yang dinyanyikan oleh Waldjinah ini. Sengaja penulis terjemahkan dengan jumlah suku kata tiap barisnya sama dengan lagu aslinya, sehingga anda bisa menyanyikannya, baik lagu aslinya yang berbahasa Jawa, maupun cukup ’terjemahannya’ saja.
Nyidham Sari
Upama sliramu sekar melati
Andaikan dirimu bunga melati
Aku kumbang nyidham sari
Aku kumbang nyidham sari *)
Upama sliramu margi, wong manis
Andaikan dirimu marga (jalan), ’nak manis
Aku kang bakal ngliwati
Aku yang ’kan melewati
Sineksen lintange luku semana
Disaksikan bintang ’luku’ ketika
Janji prasetyaning ati
Janji setia di hati
Tansah kumanthil ning netra, rinasa
S’lalu melekat di mata, terasa
Karasa rasaning driya
Terasa rasanya indra
Reff :
Mibera sajagad raya
Terbanglah sejagad raya
Kalingana wukir lan samodra
Terhalanglah gunung dan samodra
Ora ilang memanise, adhuh
Tak ’kan hilang memanisnya, aduh
Dadi ati saklawase
Jadi hati selamanya
Nalika nira ing wengi, atiku
Tatkala dikau di malam, hatiku
Lam-lamen marang sliramu
Terkenang akan dirimu
Nganti mati datan bisa lali
Takkan bisa lupa sampai mati
Lha kae lintange weluku (dibaca wluku)
Lihatlah sang bintang ’luku’
*) Nyidham atau ngidham artinya sangat mengidam-idamkan sesuatu. Istilah nyidham ini biasanya dikhususkan kepada wanita yang sedang hamil. Wanita hamil seringkali menginginkan sesuatu dengan sangat kuatnya, terutama makanan, misalnya rujak, buah berasa asam, durian, dsb. Keinginan kuat seperti ini disebut nyidham atau ngidham. Sari yang dimaksud adalah ’sari bunga’ atau lebih tepatnya madu atau sari madu. Jadi kalimat ’Upama sliramu sekar melati, aku kumbang nyidhamsari’ bermakna ’Umpama dirimu bunga melati, aku kumbang yang sangat mengidam-idamkan sari madumu’.
Kalau anda lebih suka dalam bahasa Jawa, nyanyikanlah, tembangkanlah, intisarinya pasti terasa sampai ke hati. Jika anda lebih suka terjemahannya, dendangkanlah, resapilah, merdu dan syahdunya akan terasa sampai ke kalbu. Yang unik dari lagu ini adalah, pada bait pertama, kedua dan keempat, jumlah suku kata pada baris ke-1 dan ke-3 adalah sebelas suku kata, sementara baris ke-2 dan ke-4 delapan suku kata. Pada reffrain, baris ke-1, ke-3 dan ke-4 adalah delapan suku kata, sementara baris ke-2 adalah sepuluh suku kata. Hal ini yang juga membuat lagu ini begitu enak didengarkan, apalagi didendangkan. Dengan iringan keroncong, campursari, bahkan dengan gamelan sekalipun.
Kalau dicermati kata-kata dalam syair lagu ini tentu anda sangat setuju bahwa lagu ini tercipta atas dasar situasi jiwa pengarangnya ketika jatuh cinta pada seorang wanita bukan? Ya, pada bait pertama sang wanita pujaan diibaratkan sebagai bunga dan jalan, sang pengarang siap menghisap madunya dan melewatinya. Pada bait kedua, adalah lamunan seorang yang sedang mabuk asmara, terbayang-bayang wajah sang kekasih, serta bersumpah setia dengan disaksikan bintang-bintang di langit. Pada reffrain, sang pengarang mengatakan biarpun sang pujaan hati terbang seantero jagad raya, sekalipun terhalang gunung dan samudra, dia yakin tak kan hilang kecantikannya. Pada bait keempat, dikisahkan sang pengarang sulit tidur karena selalu terkenang-kenang wajah sang pujaan hati. Bahkan sampai mati tak kan lupa. katanya. Sangat indah bukan?
Nah, yang menambah eloknya lagu ini, yang menjadi klimaks kehebatannya adalah bahwa tembang ini bukanlah diciptakan oleh seorang pria untuk seorang wanita yang diidam-idamkannya seperti yang tergambar dalam sepanjang syairnya dan lagunya. Tetapi justru diciptakan saat kegalauan penciptanya pada ’profesi baru’ yang baru digelutinya sebagai pengarang lagu dan komponis, disampaing pekerjaan yang sedang digelutinya selama ini, wartawan. Seperti pada awal lagu ini, ’Umpama dirimu bunga melati, aku kumbang nyidam sari. Umpama dirimu marga (jalan) anak manis, aku yang ’kan melewati’, akhirnya sang pengarang telah mantab dengan pilihan hidupnya, sebagai pengarang lagu! Tak heran, ribuan lagu berhasil diramu, puluhan lagi menjadi abadi, lestari sampai kini. (Wd)
Syair lagu ini penuh dengan perumpamaan, peribahasa, yang secara bahasa sangat indah dan menawan, sangat membekas di hati pendengarnya, sehingga banyak orang ’jatuh cinta pada pendengaran pertama’. Peribahasa di sana, bermuara pada pujian, pujaan, dambaan kepada seorang wanita. Coba, simak saja syair lagu yang penulis ambil dari yang dinyanyikan oleh Waldjinah ini. Sengaja penulis terjemahkan dengan jumlah suku kata tiap barisnya sama dengan lagu aslinya, sehingga anda bisa menyanyikannya, baik lagu aslinya yang berbahasa Jawa, maupun cukup ’terjemahannya’ saja.
terimakasih telah share page ini semoga bermanfaat