Budiman BJ, Sang Maestro.

Pada tahun 1987 Budiman masih sempat membimbing dan membidani satu lagi orkes keroncong yang berisi anak muda, OK Kharisma II, dengan nama-nama pemainnya antara lain Nunung, Mamik, Pudji Kartono, Budiono, Toto dan Gogo. Grup ini sempat menjadi Juara Kedua pada Lomba Musik Keroncong Se-DKI Jakarta pada tahun 1988. Menjadi dewan juri untuk banyak lomba keroncong, baik lomba musik keroncong atau lomba penyanyi keroncong, diantaranya Lomba Piala Kemayoran pada tahun 1978, dimana lagu ciptaannya Kr. Nusantara Kondang Kaloka menjadi lagu wajib peserta wanita dan Kr. Segenggam Harapan menjadi lagu wajib peserta pria. Budiman juga menjadi anggota dewan juri jenis keroncong pada Pemilihan Bintang Radio dan Televisi tahun 1988.

Penambahan kata BJ pada nama Budiman mulai digunakan pada medio 1980an. BJ pada awalnya merujuk kepada Bintang Jakarta, orkes keroncong yang dipimpinnya. Akan tetapi ada juga beberapa teman dekat yang mengaitkan dengan arti Bin Jaiman.

Periode 1988 – 1990
Kondisi kesehatan Budiman BJ sudah mulai menurun di awal tahun 1988. Setelah berulang kali periksa pada akhirnya diketahui Budiman BJ terserang kanker paru-paru stadium III. Hal ini bisa jadi mungkin dikarenakan pola hidup Budiman BJ selama ini yang tidak cukup beristirahat, dimana setiap harinya tidak pernah tidur sebelum lewat tengah malam, serta banyak merokok. Vonis dari dokter mengenai penyakitnya membuat Budiman BJ sedikit jatuh mentalnya, mengingat pada saat itu teknologi kedokteran dan pengobatan secara medis belumlah seperti saat ini, dan jika mendengar kata kanker maka sama saja seperti mendapat vonis hukuman mati.

Pertengahan 1988 Budiman BJ mulai menjalani perawatan di RS Persahabatan, dimana rumah sakit ini merupakan satu-satunya rumah sakit di Jakarta yang memiliki poli khusus paru-paru pada saat itu. Dua kali dalam seminggu Budiman BJ harus dibawa ke RS Pertamina untuk menjalani sesi kemoterapi, yang bagi Budiman BJ adalah merupakan siksaan yang sangat menyakitkan.

Di tengah pergulatan melawan penyakitnya, atas permintaan dari Suku Dinas Kebudayaan Pemda DKI Jakarta, Budiman BJ berangkat ke Den Haag, Belanda, sebagai bintang tamu pada Festival Pasar Tong Tong, mendampingi OK Tugu yang dipimpin oleh Samuel dengan penyanyi Toto Salmon dan Endang Wijayanti.
Sejak 18 November 1989 Budiman BJ beristirahat total sekaligus berusaha berobat dengan cara alternatif di kediaman sahabat yang sudah seperti keluarga sendiri di Klaten. Karena kondisi semakin memburuk, pertengahan Desember 1989 Budiman BJ sempat dirawat di RS Sardjito di Jogjakarta sampai dengan tanggal 29 Desember 1989. Budiman BJ, yang nampak sudah pasrah meminta untuk lebih baik dirawat di rumah saja daripada di rumah sakit.

Di saat yang bersamaan, pada tanggal 19 Desember 1989 diadakan Malam Dana Karya-Karya Budiman BJ yang berlangsung di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Acara ini diprakarsai oleh Eny Kusrini bersama rekan sesama seniman keroncong dan ketua panitia dipimpin oleh Sayid Priyohutomo serta didukung penuh oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Drs. Soeparmo. Beberapa artis yang ikut berpartisipasi dalam acara ini antara lain Hetty Koes Endang, Benyamin S, Toto Salmon, Rafika Duri dan sastrawan W.S. Rendra.

Pada hari Selasa tanggal 2 Januari 1990 pada pukul 08:30 Budiman BJ menghembuskan nafas terakhirnya pada usia yang relatif masih muda, 52 tahun, dengan ditemani istri dan kedua anaknya, Pramono dan Iswandaru. Siang harinya jenazah diberangkatkan ke Jakarta dan saat malam hari disempatkan singgah di Semarang untuk memberi kesempatan kepada orangtua dan kerabat memberikan doa dan penghormatan yang terakhir kalinya. Sang ayah, Jaiman, tidak dapat menyembunyikan kesedihan yang mendalam menyaksikan sosok putranya yang telah terbujur kaku untuk yang terakhir kali.

Ambulan yang membawa jenasah Budiman BJ tiba di rumah duka di Kemayoran pada pagi hari Rabu tanggal 3 Januari 1990 untuk disemayamkan sesaat guna memberi kesempatan kepada kerabat handai taulan, rekan-rekan kerja, seluruh insan keroncong dan masyarakat sekitar memberikan doa untuknya. Nampak hadir di rumah duka Gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992 Bapak Wiyogo Atmodarminto, mantan Menteri Penerangan periode 1968-1973 Bapak Boediardjo, Bram Titaley, Benyamin S, Idris Sardi, Eny Kusrini, Sundari Sukotjo, Sukardi, Sugiono, dan banyak insan keroncong yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Saat pemakaman tampak hadir Wagub Bidang Kesra Drs. Anwar Ilmar, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Drs. Soeparmo.

Budiman BJ dimakamkan di TPU Karet Bivak, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Budiman BJ meninggalkan seorang istri, Siti Rejeki, dan 5 orang putra/i (Pramono, Adwianto, Iswandaru, Agustiawan Kristiaji dan Nanuk R. Arjianti)
Karir dan prestasi yang ditorehkan oleh Budiman BJ, serta keinginannya mengembangkan dan melestarikan seni budaya keroncong sebagai salah satu kekayaan budaya nasional, membuatnya menjadi salah satu tokoh keroncong yang diperhitungkan dan dijadikan idola bagi masyarakat pencinta keroncong, bahkan hingga saat ini. Julukan Sang Maestro bukanlah sesuatu yang diraih olehnya, bukan pula disematkan oleh keluarganya, tetapi julukan yang secara spontan diberikan oleh pencinta keroncong, penggiat keroncong dan penggemar karya-karyanya, hingga saat ini, baik karya cipta lagu atau karya musiknya.

Sekilas tentang Budiman BJ ini dipersembahkan oleh keluarga besar Budiman BJ bagi seluruh pencinta musik keroncong secara umum dan kami dedikasikan bagi Budiman BJ (suami, bapak, yangkung dan eyang cicit tercinta) secara khusus, atas seluruh pengabdiannya bagi budaya negeri ini.
Semoga melalui tulisan ini kita semua dapat saling bertukar informasi sekaligus melestarikan keroncong sebagai warisan budaya Indonesia dan mengembangkan serta menjadikannya sebagai sebuah kebanggaan nasional.

Kata mereka tentang Budiman BJ

“Budiman selalu berusaha mengembangkan keroncong sesuai dengan lingkungannya, agar keroncong bisa diterima masyarakat. Ia seorang arranger yang tak ada duanya di bidang keroncong” – Toto Salmon (penyanyi keroncong)

“Saya sangat kehilangan, karena beliau banyak membantu perkembangan karir saya, dari saya belum tahu apa-apa tentang menyanyi keroncong sampai sekarang” – Sundari Sukotjo (penyanyi keroncong)

“Budiman adalah pemain biola yang handal. Namun dibalik keahliannya ia tetap berkecimpung dalam dunia keroncong yang di negeri ini makin ditinggalkan. Keroncong dimana-mana hanya diterima ala kadarnya, dan oleh kaum muda dilihat sebagai sesuatu yang terlanjur ada. Namun Budiman tidak peduli akan hal itu, ia terus berjuang d jalur ini. Budiman adalah mutiara ditengah-tengah perjalanan yang penuh lumpur” – Idris Sardi (pemain biola)

“Almarhum Budiman adalah pengarang lagu yang hebat, kepergiannya tentu melemahkan barisan komponis keroncong yang memang sedikit jumlahnya” – Kusbini (pencipta lagu)

Catatan: Isi tulisan ini adalah milik keluarga Budiman BJ. Penggunaan isi tulisan untuk kepentingan pribadi, umum, disebarluaskan atau dipublikasikan agar meminta ijin terlebih dahulu kepada pihak keluarga.

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial