Melati Di Tapal Batas, Perjuangan Wanita Tak Berbatas

Asuhan : Widartoks-

Penulis pernah bertemu seorang senior, maksudnya umurnya lebih tua dari penulis. Beliau ini pada jaman perjuangan tahun 1945 pernah menjadi tentara pelajar dan ikut berperang, termasuk di Semarang dan Surabaya. Katanya, jaman perjuangan itu semua orang tidak takut mati, bahkan kadang kurang perhitungan, disamping memang masih minim pengetahuan soal berperang. Peluru berdesingan di dekat telinga tidak ditakuti sama sekali. Bagimana dengan para wanitanya? Ternyata mereka juga tidak kalah dengan para pria. Mereka mengikuti jejak para pemuda, maju ke medan laga.

Saat ini kita memang sulit membayangkan bagaimana beraninya para pemuda di jaman perjuangan itu dalam melawan penjajah. Pengetahuan soal perang minim, harta benda tidak ada, bekal juga tidak banyak, namun mereka sangat peduli dengan kemerdekaan bangsa ini. Setelah merdeka, mereka mati-matian mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai.

Hal ini sangat nyata ketika setelah Indonesia merdeka tahun 1945, tentara Jepanng banyak yang tidak rela Indonesai merdeka. Maka kemudian terjadilah peperangan melawan tentara Jepang ini. Setelah Jepang hengkang, lalu Belanda kembali ke Indonesia dengan mendompleng tentara sekutu. Alhasil terjadi perang di mana-mana dan yang terbesar terjadi di Surabaya di bulan November 1945.

Kemudian terjadi perundingan dan perdamaian antara Indonesia dan Belanda. Indonesia berubah menjadi negara serikat dan yang bernama Republik Indonesia hanya meliputi wilayah Jogyakarta saja. Ini terjadi dengan adanya Perjanjian Linggarjati yang di ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947. Namun pihak Belanda melanggarnya, mereka berusaha kembali menjajah dan menduduki Indonesia.

Kalau kita menilik sejarah setelah Indonesia merdeka, maka para pejuang yang dulu berjuang memerdekakan Indonesia yang dimotori oleh PETA (Pembela Tanah Air) disatukan menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR) tanggal 22 Agustus 1945. Kemudian di tiap daerah didirikan BKR juga, disusul BKR Laut dan BKR Udara.

Pada saat sekutu datang ke Jakarta, maka seluruh kekuatan bersenjata Indonesia diminta keluar dari Jakarta. Hal ini sebagai tanda damai, namun sesungguhnya sekutu ingin memuluskan Belanda kembali ke Indonesia. Maka para pejuang yang tergabung di BKR yang berada di Jakarta lalu keluar dan bermarkas di Cikampek menjadi Resimen V Cikampek dengan komandan Moeffreni Moe’min. Praktis sejak Indonesia merdeka sampai ada perundingan Linggarjati, bahkan sesudahnya, selalu ada kontak senjata antara para pejuang melawan penjajah Jepang dan Belanda. Selama itu banyak para wanita yang ikut di garis depan, memanggul senjata atau sebagi tim kesehatan ataupun logistik.

Komandan Resimen V, Moeffreni Moe’min risau dengan hal ini. Beliau menilai sebaiknya para wanita berjuang di garis belakang. Mereka dapat bekerja di sawah dan ladang yang tidak kalah pentingnya dibanding berjuang di garis depan sebagai pejuang, sebagai prajurit wanita, sebagai Srikandi, laiknya tokoh prajurit di kisah Mahabarata. Demikian, maka Moeffreni Moe’min meminta Ismail Marzuki mengarang lagu untuk menghimbau para wanita bekerja di garis belakang. Kemudian Ismail Marzuki bersama Suto Iskandar memenuhi permintaan itu. Terciptalah lagu Melati Di Tapal Batas.

Melati di Tapal Batas
Cipt. Ismail Marzuki dan Suto Iskandar.

Engkau gadis muda jelita.
Bagai sekuntum melati.
Engkau sumbangkan jiwa raga
Di tapal batas Bekasi

Engkau dinamakan Srikandi.
Pendekar putri sejati.
Engkau turut jejak pemuda
Turut mengawal negara

Oh pendekar putri yang cantik
Dengarlah panggilan ibu.
Sawah ladang rindu menanti
Akan sumbangan baktimu.

Duhai putri muda remaja.
Suntinganmu kampung halaman.
Kembali ke pangkuan bunda
Berbakti kita di ladang

Di jaman sekarang ini, ‘garis depan’ itu dapat berupa sektor riel, sektor nyata, misalnya menjadi guru, dosen, menteri, pebisnis, dokter, paramedis, politikus, petani, nelayan dan sebagainya. Sementara ‘garis belakang’ yang di maksud dapat berupa sektor non riel seperti kegiatan sosial, menjadi penggerak PKK, penggerak Posyandu, pengurus RT/ RW, bahkan membimbing (mendididik) putra-putri, kemenakan, tetangga dalam berbagai bidang, misalnya matematika, bahasa, seni merupakan kegiatan yang tidak kalah penting dan bermanfaat bagi keluarga, lingkungan, masyarakat, bahkan negara.

Berjuang tidak mengenal tempat tinggal,Namun bagaimana berniat dan mewujudkannya bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Anda mengenal baik lagu ini bukan? Jika belum maka anda dapat mencarinya di Youtube. Beberapa link tersebut antara lain : https://www.youtube.com/watch?v=ttwyleCiRD8 dan ini : https://www.youtube.com/watch?v=5CLRgit-F90

Nikmatilah, resapi syairnya, maka anda akan terbawa ke alam lalu, alam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan menggugah hati untuk juga berbakti, kepada Ibu Pertiwi.

Please follow and like us:

One thought on “Melati Di Tapal Batas, Perjuangan Wanita Tak Berbatas

  • March 8, 2019 at 1:55 pm
    Permalink

    Artikel yang sangat bagus …
    Ulasan informasi yang disampaikan sangat bermanfaat …
    Terimakasih informasinya min …
    Ditunggu artikel selanjutnya …
    Salam kenal …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial