MUSIK TINGKILAN DAN KERONCONG SEBAGAI WARISAN BUDAYA INDONESIA
Oleh Nueng Ibrahim
 IRAMA BAHARI MUSIK KERONCONG & TINGKILAN
Budaya adalah suatu warisan dari leluhur atau nenek moyang kita yang tidak ternilai harganya. Negara Indonesia disebut Negara maritim karena dikelilingi oleh banyaknya pulau, budaya Indonesia yang sangat beraneka ragam telah membentuk kepribadian bangsa itu sendiri, budaya itulah yang mampu merubah sikap manusia.
SEJARAH MUSIK TINGKILAN
Musik Tingkilan merupakan warisan budaya leluhur Kutai Kartanegara. Kutai kartanegara merupakan kota bersejarah, dimana daerah ini dulunya terdapat peristiwa sejarah kehidupan masyarakat, yaitu adanya sebuah Negara sebelum adanya Negara Kesatuan Republik Indonesia.Daerah ini dipimpin oleh seorang raja Kutai Kartanegara Ing martadipura dan di dalam sejarah bangsa Indonesia, kesultanan Kutai Kartanegara adalah kerajaan Islam tertua di Nusantara.Akibat pengaruh budaya islam ini, maka pada waktu itu ada seseorang yang bernama “ ANDUN ‘ membuat alat petik bentuknya menyerupai Ganon, alat musik padang pasir, kalau di tanah kutai disebut GAMBUS.Dalam kurun waktu tertentu terciptalah sebuah komunitas musik, yang dinamakan musik tingkilan
Musik Tingkilan adalah musik daerah pesisir Mahakam. Lagu tingkilan di gunakan masyarakat zaman dahulu kala sebagai pengantar bahasa atau keinginan seseorang untuk menyampaikan sesuatu baik ilmu maupun nasihat serta pernyataan pribadi atau percintaan dalam bentuk pantun atau sindiran yang disampaikan saling berbalas pantun. Musik tingkilan juga biasa digunakan untuk musik pengiring sebuah tarian yaitu tari JEPEN. Kesenian ini biasa di tampilkan pada acara-acara seremonial baik yang bersifat keagamaan, upacara perkawinan, upacara pemberian nama anak (bayi) maupun acara – acara hiburan lainnya.
ARTI DAN MAKNA TINGKILAN
Tingkilan berasal dari bahasa kutai, di mana terdiri dari 2 (dua) kosakata yaitu TING & KIL, TING artinya suara sebuah senar yang di petik, sedangkan KIL adalah pekerjaan memetik senar gambus dan adanya akhiran an disitu adalah symbol perbuatan orang yang memainkan atau biasa disebut NINGKIL (dalam arti perbuatan). Dalam bahasa hakikat atau pilsafat Kutai Kartanegara, TING itu berarti : cepat atau secepat kilat sedangkan KIL itu berarti: Ketangkasan atau kemampuan. Tingkilan dalam bahasa filsafat kutai kartanegara adalah kemampuan yang lebih atau ketinggian ilmu. Dapat dijabarkan lagi arti kemampuan lebih atau ketinggian ilmu itu adalah ketaatan, santun, rendah hati menuju pada iman dan taqwa.Itulah ciri dari kepribadian bangsa Indonesia. Nah, kalau kita pelajari ungkapan tingkilan itu bermakna ketaatan dan kesantunan dalam berilmu, dalam berbahasa, berbangsa, bernegara, bermasyarakat, serta berkeluarga. Inilahinti suatu ungkapan budaya terhadap kehidupan manusia di muka bumi, agar manusia tidakmeninggalkan budaya bangsanya sendiri. Budaya itu tumbuh di kembangkan oleh para leluhur kita bukan sekedar ciri peradaban namun lebih dari itu terkandung makna yang sangat dalam bagi kehidupan manusia.
ALAT PERKUSI
Alat musik tingkilan yang di gunakan adalah :
- Satu buah Gambus.
- Dua buah ketipung atau gendang.
1. GAMBUS
Bahan untuk membuat sebuah gambus adalah dari kayu yang tidak terlalu padat daya rekat isi kayu tersebut. Pengrajin biasanya menggunakan kayu nangka untuk membuat sebuah gambus agar mampu menghasilkan getaran suara dinamik sebuah musik gambus dan gambus berdawaikan 4 shap di mana setiap shapnya terdapat 2 buah dawai atau senar dan satu dawai tunggal berfungsi sebagai bass (jatuhnya mat pada sebuah irama).Dengan perkembangan tekhnologi maka sekarang Gambus ada yang berdawai 7 bahkan ada yg berdawai 9. Dahulu orang baharimenggunakan dawai yang terbuat dari bahanswasa, campuran tembaga dengan emas, sebelumsenar nilon di ciptakan. Untuk membuat dawai tersebut menggunakan cara tradisional seperti orang membuat tali logam di tukang emas yang disertai dengan mantra menurut ajaran agama Islam dan melakukan puasa beberapa hari.Maka tak heran jika kita pernah mendengar cerita orang dahulu, bahwa ada wanita maupun pria yang mendengar suara gambus tergila-gila dengan orang yang memetik gambus.Barangkali kalau kita ambil dalam bahasa filsafat tingkilan itu berartitingginya ilmu, karena getaran suara saja mampu membuat orang tergila-gila dengan orang yang mengumandangkan suara gambus.
2. KETIPUNG
Ketipung adalah sebuah gendang kecil, terdiri dari kayu bundar berlubang di tengahnya untuk menumbuhkan suara bulat dan di muaranya di beri kulit sapi atau kambing.Pada mulanya masyarakat kutai membuat gendang ini dengan membentuk 2 sisi tabuh seperti gendang jawa. Tetapi ada juga yang menggunakan satu sisi tabuh dan dimainkan oleh dua orang penabuh yang di namai masyarakat kutai BERUAS.
EVOLUSI DAN REVOLUSI MUSIK TINGKILAN
Musik tingkilan dalam perjalanannyamenemui era tekhnologi dimana musik tingkilan mampu berkaloborasi dengan alat musik keroncong dengan tidak meninggalkan aspek tradisi baik alat musik maupun lirik dan melodynya. Adapun komposisi alat yang di gunakan adalah :
-
Gambus.
-
Gitar acustik.
-
Cello / Selo.
-
Ukulele.
-
Tenor (cak).
-
Contra bass atau Bass gitar elektrik.
-
Biola.
-
Flute.
-
Organ atau keyboard.
-
Saxophone.
PELESTARIAN SENI MUSIK TINGKILAN
Budaya musik keroncong Tingkilan adalah salah satu bentuk warisan leluhur yang sepatutnya di lestarikan dan di perkenalkan kepada masyarakat dunia.
Musik Tingkilan pada perkembangannya merupakan salah satu musik yang berakar pada budaya bangsa dengan mempunyai sajian yang sangat unik dan tidak ada di daerah lain, karena ada beberapa instrumen dan pola permainan yang tidak dimiliki setiap musik didunia seperti gambus, cello, ukulele, yang dimainkan secara tehnik yang berbeda dari biasanya. Apalagi bentuk dan karakter suaranya yang lain membuat musik tingkilan digemari masyarakat Indonesia.
Hanya permasalahannya yang di hadapi masa kini,adanya musik modern seperti musik rock, dangdut, pop, dan lain-lain.Kecendrungan generasi muda untuk menggali potensi musik daerah ini hampir tidak tersentuh.Yang sangat menyedihkan, musik tingkilan yang di mainkan oleh beberapa kelompok seni di dalam masyarakat kutai kartanegara di kemas asal-asalan atau tidak profesional.Sekarang ini dapat dilihat banyak sekali masyarakat yang tidak menghargai budayanya sendiri, dikarenakan akibat melemahnya minat generasi muda untuk menggali potensi budayanya sendiri.Sedangkan kita tahu hasil pengamatan kita selama ini bahwa musik tingkilan cukup banyak di gemari oleh masyarakat luar daerah, hanya tinggal bagaimana kita mengemas suatu garapan yang lebih harmonis dengan menggabungkan jenis alat musik lainnya, seperti penggabungan antara musik keroncong dengan musik dan lagu tingkilan.
Ansambel Tingkilan
Ansambel Tingkilan sekitar tahun 1950 belum begitu di pengaruhi oleh unsur-unsur musik keroncong, para seniman dan seniwati tingkilan masih menggunakan alat musik yang di anggap tradisional dalam budaya mereka sendiri, misalnya Gambus, Ketipung, Marwas, Rempak.
Biasanya ansambel Tingkilan dengan instrumenasi seperti ini digunakan dalam berbagai acara, terutama sebagai hiburan di kalangan masyarakat dalam lingkup yang sempit (yakni mereka yang berada di tempat pementasan Tingkilan tersebut).

Ansambel Tingkilan Kontemporer
Ansembel musik tingkilan saat ini telah terpengaruh dengan idiom-idiom musik keroncong baik dari segi instrumenasi pola permainan, maupun dari idiom-idiom musiknya. Instrumen dalam ansembel tingkilan saat ini meliputi, Sello, Cak, Cuk, Gitar akustik, Bass, Biola, Flute, Organ, Saxophone dan lalin lain.
Upaya yang ingin di capai dalam pengembangan musik tingkilan ini adalah :
-
Terlestarinya seni budaya kutai kartanegara yang lebih bermartabat ke seluruhNusantara dan dunia, khususnya Daerah Kutai Kartanegara.
-
Memperkenalkan seni budaya Kutai Kartanegara ini kepada generasi penerus melalui sekolah–sekolah dan dapat dijadikan sebagai muatan lokal.
-
Pembuatan CD dan VCD baik pendokumentasian lagu tingkilan tradisional maupun yang kontemporer serta penjelasan singkat sejarah budaya tingkilan maupun cara memainkan musik tingkilan.
Testing comment after captcha
budaya memang selalu harus di lestarikan
karena ini lah kekayaan kita