We Cen Yu Mengubah Hidup Didi Kempot

“Wah kamu anak Ranto Gudel ya ?”, mendengar pertanyaan itu Didi Kempot remaja yang sedang asyik mengamen tak jauh dari rumahnya, langsung ambil langkah seribu. Didi, di masa remajanya memang dikenal sebagai anak bandel, pemberani, dan nekat. Maka nekat pula ketika ia memutuskan untuk mengamen di sebuah rumah yang hanya berjarak delapan rumah dari tempat tinggalnya. “Saya mulai mengamen ketika masih kelas 3 SMP”, ungkap Didi. “Saya ngamennya sembunyi-sembunyi, takut ketahuan Bapak”, ungkap pria bernama asli Didi Prasetyo ini. “Awalnya mengamen juga hanya sekedar tes mental”, imbuh Didi sambil terkekeh.

Gitar pertama yang Didi miliki merupakan buah kebandelannya. “Ketika kelas 2 SMA, sepeda pemberian Bapak saya jual untuk membeli gitar”, ungkap Didi. Berbekal gitar seharga 4000 rupiah itulah Didi mengembara sebagai pengamen, dan Jakarta menjadi tujuannya. Bagi Didi, seperti juga yang ada dalam benak banyak orang, nampaknya Jakarta masih menjadi primadona untuk mewujudkan mimpi.

Didi Kempot, sebagai anak seorang Ranto Gudel, anggota Group Lawak Srimulat yang saat itu sedang jaya-jayanya, sebenarnya kehidupannya cukup berada. Tetapi keinginan yang besar untuk mandiri, mengalahkan nasehat ayahnya, yang menginkan Didi sukses di sekolah. Berbekal nasehat ayahnya yang berbunyi,”Masa depanmu tergantung kamu sendiri”, berangkatlah Didi ke Jakarta.

Mengamen dan mencipta lagu

Ketika pertamakali Didi menginjakan kaki tanah Jakarta, Mamik Srimulat, yang juga kakak Kandung Didi sudah cukup dikenal sebagai pelawak yang sukses. Namun hal itu tidak membuat Didi mau berenak-enak tinggal bersama kakaknya. Malah ia memilih tinggal bersama kawan-kawannya, dengan mengontrak sebuah rumah yang mepet dengan kandang kambing. “Saya ingin seperti Mas Mamik, yang memulai karir dari nol”, ungkap Didi.

Bakat seni memang mengalir deras di darahnya. Didi pun mulai mahir mencipta lagu. “Lagu-lagu yang saya ciptakan tadinya hanya saya nyanyikan sendiri saat mengamen”, ungkap Didi. Karena lagu-lagu ciptaan Didi sangat indah untuk dinyanyikan, lama kelamaan banyak pengamen jalanan yang sering membawakan lagu-lagu ciptaannya. Dari situ mulai Didi dikenal di banyak orang. Sampai suatu ketika kelompok Lenong Bocah mengajak untuk rekaman di TVRI. “Meski honornya tidak seberapa tetapi bangganya itu lho … luar biasa”, jelas Didi.

“Suatu saat Mas Mamik mengabarkan, saya akan dipertemukan dengan Mas Pompi, musikus yang mantan anggota No Koes. Sebelum berangkat, saya mandi di rumah Mas Mamik dan ganti pakaian. Wah, saya geli sendiri. Meski dipantas-pantaskan dengan baju bagus Mas Mamik, tetap saja saya bertampang pengamen”, ungkap Didi sambil kembali terkekeh. “Kami bertemu Mas Pompi di studionya di kawasan Depok Lama. Saya pun dites dengan menyanyikan lagu-lagu karangan saya sendiri. Ternyata lulus”, imbuhnya. Akhirnya Didi pun diajak rekaman dengan lagu andalan We Cen Yu. “Itu bukan lagu Mandarin, tapi singkatan Kowe Pancen Ayu (kamu memang cantik – Red.)”, ungkap pencipta lagu Sewu Kuta ini. Dan We Cen Yu akhirnya mampu secara perlahan merubah kehidupan Didi.

Ketika menerima bayaran, Didi kaget luar biasa. Saat itu ia total menerima Rp 1,2 juta. “Wah, saya bingung melihat uang sebanyak itu. Maklum biasanya cuma dapat recehan”, ungkap Didi. Uang itu oleh Didi dibawa pulang ke Solo, lalu dibelikan nisan untuk almarhumah neneknya. “Beliaulah yang membesarkan saya sampai remaja”, jelas Didi.

Setiap tahun ke Suriname

Suatu saat, tanpa diduga musisi Is Haryanto menawarinya show ke Suriname. Tanpa berpikir soal honor, tawaran itu langsung ia terima. Pengalaman baru langsung didapat. “Seumur-umur baru saat itu saya naik pesawat”, ungkap Didi. “Yang namanya pakai sabuk pengaman saya tidak bisa, ke toilet juga enggak tahu caranya membuka pintu”, ungkap Didi.

Show pertama Didi sangat sukses. Lagu We Cen Yu sangat digemari masyarakat Suriname. Selanjutnya, hampir tiap tahun Didi show ke Suriname. Waktunya pun cukup panjang. Setiap show makan waktu sekitar 4 bulan. Kesempatan selama di sana juga Didi manfaatkan untuk menciptakan lagu. Didi pun berhasil masuk dapur rekaman di Suriname. “Sampai sekarang sudah 16 album yang saya hasilkan di sana”, ungkap Didi. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Saking seringnya lagu-lagunya diputar di Radio Bangsa Jawa, Didi pernah dinobatkan sebagai artis Teladan Pop Jawa. Bahkan, Presiden Suriname juga pernah memberi penghargaan Gold Man untuk Didi. Jalan hidup Didi Kempot seolah hendak mau menyampaikan kepada kita semua, bahwa mimpi bisa diraih melalui perjuangan, keseriusan, dan hanya sedikit keberuntungan.

Didi Kempot tentang Keroncong

Ditengah kesibukan luar biasa, Didi menyempatkan hadir pada “Sarasehan Keroncong 2008”, yang diselenggarakan oleh Tjroeng dan Sundari Soekotjo di Kota Solo awal Agustus 2008 yang lalu. Pada kesempatan itu Didi memberikan komentar tentang ketidak setujuannya bahwa keroncong saat ini tidak berkembang. “Saat ini keroncong masih mengalami perkembangan walaupun perkembangannya kurang menggema”, jelas Didi. Maka perlu dilakukan berbagai upaya supaya keroncong semakin hidup dan terus berkembang, tidak tergerus oleh perjalanan waktu. “Perlu diadakan lomba cipta lagu keroncong yang bekerja sama dengan recording studio”, usul Didi. “Menciptakan lagu-lagu keroncong baru, dengan bit yang berbeda namun dengan nuansa keroncong yang kuat”, imbuh Didi. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap keroncong, Didi juga sedang berupaya untuk memperkenalkan Rencong Solo (Regae Keroncong Solo). Sebuah upaya yang patut diapresiasi mengingat perkembangan keroncong masih terbatas pada pakem, dan masih sedikit musisi yang berani untuk melakukan perubahan. (abw, dari berbagai sumber)

Please follow and like us:

7 thoughts on “We Cen Yu Mengubah Hidup Didi Kempot

  • November 29, 2009 at 5:49 pm
    Permalink

    bwt mas didi sukses sllu ya,msh ingt gak pas wktu konser didaerah sukoharjo,wktu bju mas didi dilempar ketengah lapangan,busyyeetttt smpe ada yg brklhi sgla,slam jg bwt klrga smga sehat sllu.keyyyy

  • December 13, 2009 at 7:20 am
    Permalink

    salam kenal ..semoga sukses selalu ya.mas Didik

  • April 4, 2011 at 2:53 pm
    Permalink

    Salam nostalgia..Mas Didi ini aku salah satu alumni SMPN 15 di Surakarta..Aku Asti, yang selalu ketemu kamu nongkrong di Cafe Lumba-Lumba di Sriwedari tempat nya mbak Narti..masih ingat??? aku yang selalu ditemani sama cowok ku orang Bule..Posisi ku sekarang ada di Jakarta, kalo mas Didi alamat di Jakarta nya di mana??? boleh aku tahu??? aku tunggu balasan mu, semoga tetap Sukses selalu.. Matur Nuwun…ASTI.

  • May 2, 2012 at 5:37 pm
    Permalink

    Didi kempot kapan tampil di jogja?

  • May 8, 2013 at 11:07 am
    Permalink

    Mas Didi,,,,menawi saget mbok kulo nyuwun lagu2 sing teng album Abang Opo Kuning,,,,amargi teng internet kok mboten wonten,,,maksut kulo badhe download,,,,,Kulo butuh lagu Abang Opo Kuning kalian Loro Sewu Dadi Siji (Anita)….
    Nyuwun sewu loo mas,,,,,saestu kulo remen banget kalian lagu kalih niku…

  • June 25, 2014 at 9:03 am
    Permalink

    lagu sewu kuto bukan ciptaan didi kempot ya?!
    arie wibowo udah nyanyiin di tahun awal 80an kayanya.
    yang nyadur lagu arie wibowo dan kelompoknya dunk.

  • November 15, 2016 at 6:46 pm
    Permalink

    Album Umbul Jambe-nya keren banget pak dhe Didi,,, semoga panjang umur dan sehat selalu,,, agar bisa buat album yg keren lagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial