Delirama, Grup Keroncong yang Bertahan

Sejak tahun 1967, mereka sudah bermain musik dari panggung ke panggung. Mulai dari musik pop, rock hingga dangdut. Sampai akhirnya musik keroncong populer, mereka menemukan jiwanya di sana.

Mereka adalah pemain keroncong yang tergabung dalam grup musik keroncong Delirama, yakni Herlan (gitar melodi), Astaman Ribut (drum/vokal), Jono Gunawan (bas/vokal). Saat dijumpai di base camp-nya di Jalan Suka Maju, Desa Bandar Klippa, Tembung, alunan musik lagu Pahlawan Merdeka dimainkan secara akustik oleh Herlan. Biasanya, di antara mereka juga ada Fahrum Perdana (angklung).

Di tahun 1970-an, panggung-panggung itu berada di jalan Gatot Subroto yang sekarang berganti menjadi mal, di Jalan Putri Hijau yang kini menjadi gedung TVRI, Taman Ria, Wisma Bukit Barisan, Jalan Kamar Bola di Belakang Kantor Pos yang kini menjadi gedung bank.

“Di situ tempat pemusik dan anak-anak muda sering ngumpul,” kata Herlan kepada MedanBisnis, Selasa (9/2) sembari menjabarkan band-band yang pernah disinggahi semua anggota Delirama, seperti Gita Nada, Destroyer, Mercys, Pancaran Nada dan berbagai band lainnya.

Jono Gunawan menjelaskan, hampir semua jenis musik pernah dimainkan. Namun, musik keroncong menurutnya memiliki nilai lebih dari sekedar musik. Pasalnya, tak cukup hanya skil dasar. Dalam musik keroncong, katanya, dibutuhkan harmoni, perasaan dan naluri dan perasaan. “Dengan begitu, musik keroncong itu penuh perasaan, dan di situ kita bisa menyatu dan harmonis,” katanya.

Saat-saat awal memainkan keroncong, tidak langsung menggunakan alat musik keroncong, melainkan alat-alat musik band. Baru sekitar tahun 2013-an, musik keroncong dimainkan dengan alat-alat musik keroncong.

“Dulu, waktu ngebas, kita pake bas gitar, sekarang kita pake selo, suling, dan lain-lainnya,” ungkapnya. Di Sumatera Utara sendiri, para pemusik keroncong tergabung dalam Himpunan Keroncong Musisi Republik Indonesia (Hamkri). Diakuinya, belum banyak pementasan-pementasan musik keroncong dan masih terbatas pada acara-acara khusus.

Padahal, kata dia, harus ada regenerasi pemusik keroncong. Memang, kata dia, ada beberapa anak-anak muda yang datang berlatih musik keroncong. Namun untuk penyaluran manggungnya terbatas.

Kalau di tahun 2014 lalu, stasiun TVRI pernah menyiarkan live sebulan sekali musik keroncong. “Tapi itu pun sebentar saja. Mestinya ada festival-festival musik keroncong, dari situ bisa ada regenerasi dan banyak yang mengenal keroncong,” kata Astamaan Ribut. (dewantoro)

Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/02/11/215562/delirama-grup-keroncong-yang-bertahan/#.VtOfJ49OLIX
Pemusik Keroncong Siap Kolaborasi dengan Pemusik Lain

Pemusik keroncong di Sumatera Utara siap untuk berkolaborasi dengan Pemusik jenis musik lain. Dibutuhkan sedikit ‘keliaran’ untuk menciptakan kreasi baru agar keroncong dapat masuk ke lapisan penikmat musik yang saat ini lebih menyukai jenis musik lain.
Seperti halnya yang sudah sering dilakukan oleh pemusik keroncong di Jakarta, Solo, Yogyakarta. Musik keroncong dikemas sedemikian rupa menjadi adonan musik yang lain tanpa harus kehilangan rasa keroncong di dalam musik yang baru tersebut.

“Di sana, mungkin juga karena bakat. Musik keroncong kolaborasi dengan musik rock, jazz, gamelan, pop dan lain sebagainya. Bisa terjadi dan berhasil. Itu di sana,” ujar pimpinan kelompok musik Keroncong Delirama, Fahrum Permana kepada MedanBisnis, Jumat (19/2).

Dengan begitu, musik keroncong akan mendapatkan tempat di hati para penikmat musik secara luas. Di Medan ini, kata dia, kolaborasi tersebut masih belum terjadi. Ke depan, menurutnya semestinya dapat dilakukan sehingga generasi muda dapat mengenal musik keroncong sebagai musik yang tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga tidak kalah dengan musik lain.

Dia mencontohkan, lagu Bengawan Solo, Jembatan Merah, yang secara musikalitas sederhana tapi menarik setelah dikemas dalam berbagai jenis musik, jazz misalnya, apalagi keroncong. Begitu juga dengan lagu lainnya, kata dia, seharusnya bisa menciptakan lagu-lagu lainnya dengan irama keroncong.

“Kita sangat menyambut baik kalau berkolaborasi dengan pemusik Gondang Batak, Talempong Minang. Kita ingin berimprovisasi. Jangan Jawa sentris, jadinya seperti campur sari, misalnya. Keroncong bukan musik etnis, tapi musik nasional,” katanya. (dewantoro)

Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/02/24/218151/pemusik-keroncong-siap-kolaborasi-dengan-pemusik-lain/

Link terkait :

 

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

2 thoughts on “Delirama, Grup Keroncong yang Bertahan

  • July 18, 2018 at 10:27 am
    Permalink

    terharu dengan grup keroncong ini, nama nya tidak pudar termakan zaman.
    semoga dapat lebih terkenal sampai mancam negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial