Jambore 1000 lagu Keroncong

Menjelang penghujung tahun 2013, ada peristiwa akbar yang sungguh menggelegar. Jambore 1000 lagu Keroncong.

PangdamIni bukan peristiwa main-main, sebab diperlukan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas untuk bisa mewujudkannya. Tak kurang dari 84 Grup Orkes Keroncong ikut terlibat memeriahkan acara akbar yang bermain non-stop selama 64 jam, dari tanggal 4 Oktober 2013 pukul 09.00, sampai dengan tanggal 6 Oktober 2013 pukul 16.00.

Jangan tanya soal biaya, tentulah memakan biaya yang besar untuk penyelenggaraannya. Sekalipun besar, biaya menjadi kecil dibandingkan dengan semangat menyelenggarakannya dan lebih kecil dari hasil yang diraihnya, sebab acara akbar ini telah dan akan membangkitkan semangat melestarikan budaya bangsa bernama Keroncong untuk diwariskan kepada geneasi muda dan anak cucu kelak. Menjadi seni budaya adi yang dinikmati dan menjadi kebanggan bangsa sendiri. Menjadi seni yang selalu terkenang dan bisa dieskspor ke negri orang.

Acara ini berlangsung dengan sangat sukses, maka tak heran Museum Rekor  Indonesia (MURI) menganugerahkan Piagam sebagai rekor penyelenggaraan hajatan keroncongan  paling akbar sepanjang jaman, rekor pagelaran keroncong dengan lagu terbanyak Muri dengan label “Jambore Keroncong dengan Lagu Terbanyak”, yaitu 1.000 lagu. Tentunya juga sebagai pengakuan atas perwujudan penyelenggaraannya dan juga sebagai penegasan bahwa Indonesia memang negerinya Keroncong. Keroncong memang Indonesia.

6.A. Jambare1000lagu1
Pagelaran akbar ini diprakarsai oleh Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IV Diponegoro, Mayor Jenderal Sunindyo. Pelaksanaannya juga di Markas Kodam IV Diponegoro, Semarang. Dalam pelaksanaannya juga melibatkan jajaran Kodam IV yang memang kebanyakan sangat mencintai keroncong.

Sebenarnya ide awal Jambore 1000 lagu Keroncong ini adalah Marco Marnadi yang merupakan mantan Ketua Dewan Kesenian Semarang dua periode, sekaligus salah pendiri  Orkes Keroncong yang bergaya rock dari Semarang juga, yaitu Cong Rock 17, 20 tahun lalu.  Ide yang sudah lama, puluhan tahun dan telah didiskusikan dengan almarhum Kelly Puspita, pencipta lagu Kr. Tanah Airku yang melegenda itu. Mimpi mereka baru sekarang bisa terealisir, berkat sambutan hangat dan dukungan penuh Pak Pangdam IV yang memang sangat mencintai keroncong itu.

Acara ini juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Kodam-IV yang ke-63 dan Hari ABRI tanggl 5 Oktober yang ke 68. Maka menjadilah acara ini juga sebagai acara memeriahkan acara HUT keduanya.

6.A.Jambare1000laguPanglimaKeroncong1
Pangdam IV dalam sambutannya mengungkapkan, bahwa parade itu diadakan sebagai langkah untuk turut mempertahankan budaya bangsa. ”Ini salah satu upaya menjaga ketahanan budaya. Jangan sampai generai penerus kita di masa mendatang tidak mengenal apa itu musik keroncong,” katanya di pembukaan pada hari Jumat.

Tak tangung-tanggung, sang Panglima mengerahkan seluruh Komando Distrik Militer (Kodim) di Jawa Tengah dan daeh Istimewa Yogyakarta untuk ikut menampilkan grup keroncong yang ada di wilayahnya. Tercatat 51 grup dari Kodim se-Jateng dan DIY. Kemudian ada peserta yang dari Surabaya, Jember, Bandung, Jakarta, Jombang, Lumajang, Malang, dan Bali.  Total ada 84 peserta grup keroncong, ada  Jumlah peserta mencapai 1.050 orang.

Tiap grup rata-rata tampil selama 30 menit dan membawakan 12 lagu. Disiapkan empat set alat keroncong dan dua set alat band.

Ikut memeriahkan pentas akbar ini Fathur (pelantun lagu Selalu Untuk Selamanya), Mel Shandy, Mus Mudjiono, Waljinah, Didi Kempot, Rama Aiphama, Tuty Maryati, Tetty Supangat, Mamiek Prasitoresmi, Dian Mita Kurniasari, dan Koko Thole beserta rombongan OK. Pesona Jiwa.

Yang juga sangat menggembirakan, adalah banyaknya penyanyi dan pemusik dari kalangan anak muda, bahkan terbilang masih anak-anak ikut memeriahkan acara akbar ini.

Keberhasilan pagelaran akbar ini terjadi berkat beberapa hal besar. Pertama, jelas perencanaan yang baik : rinci, jelas dan terukur, baik dari segi siapa yang akan berpartisipasi, lagunya apa saja, peralatannya yang perlu disiapkan apa saja, di mana diselenggarakan, soal keamanan dan kenyamanan penyelenggaraannya sampai ke biaya. Dalam kepanitiaan melibatkan lintas sektoral, ada tentara, penggiat keroncong, wartawan sampai pejabat pemerintahan.

Selain itu penggunaan sistem informsi, termasuk media internet dalam sosialisasi, komunikasi, penyebaran luasan serta dan penyerapan informasi sampai pendaftaran peserta, juga sangat membantu kelancaran persiapan dan pelaksanaan penyelenggaraannya.

Kedua, dukungan penyelenggaraaannya. Acara akbar ini ternyata didukung oleh insan keroncong dari seluruh Indonesia, khususnya dari Pulau Jawa dan Bali, yang bersedia hadir  dengan mengorbankan tenaga, pikiran dan biaya. Bukan hanya pemusik dan penyanyi, namun juga dari berbagai pihak, termasuk wartawan media cetak dan televisi, serta wartawan radio khususnya radio keroncong yang menyiarkan secara langsung 60 jam melalui streaming dan merekamnya dalam bentuk audio yang bisa disiarkan dan disebarluaskan ke para penggemarnya, secara on-line maupun off-line. Adalah Mas Parto Djoyodiharjo dari Radio Lita FM Bandung beserta kru-nya yang melakukannnya.

Maka acara dengan penanggung jawab Marco Marmadi dari Dewan Kesenian Semarang ‘berpasangan’ dengan Kol. Inf. Gregorius Suharso [Asterkasdam IV Diponegoro], pelaksana lapangan yang dikomandani oleh Wuryanto, juga dari  Dewan Kesenian Semarang bersama Kol. Inf. Sugi Mulyanto dari Kodam-IV dan dibantu oleh para penggiat keroncong dari Semarang dan sekitarnya, serta jajaran Kodam IV Diponegoror, berlangsung dengan sangat lancar.

Ketiga, saat pelaksanaan. Markas Kodam-IV Diponegoro yang terletak di Ungaran, dengan udara yang tidak terlalu panas, area terbuka yang luas berupa lapangan, menjadi tempat ideal tempat beradanya dua panggung besar dengan sound system yang bagus. Tempat ini juga memberi tempat bagi para penikmat keroncong yang disediakan tenda besar dengan kursi-kursi berderet. Di lapangan itu juga berdiri beberapa tenda besar sebagai ‘hotel’ para pemain, penyanyi dan para tamu yang hadir. Menjadikannya ajang silaturahim di antara insan keroncong. Panitia teknis keroncong bisa fokus bekerja agar lagu-demi lagu yang dibawakan grup demi grup, bisa mengalir lancar, sebab didukung oleh jajaran Kodam IV Diponegoro yang menangani urusan tampat, kebersihan, konsumsi, keamanan dan sebagainya, atau bahasa lainnya urusan Logistik. Maka kerjasama Tim Teknis Keroncong, sebut saja begitu, dengan Tim Logistik dari Kodam IV, menghasilkan penyelenggaraan acara akbar ini berjalan dengan lancar dan sukses sesuai harapan semua pihak.

Keberadaan Markas Kodam IV di Ungaran yang berada di lembah dengan pepohonan yang rindang memberikan nilai tambah dari segi akustik, sebab suara kendaraan yang lalu lalang di jalan besar Semarang – Jogya – Solo, tidak mempengaruhi suara alunan musik keroncong yang memerlukan ketenangan dalam menikmatinya, sekalipun pagelaran ini dilaksanakan di lapangan terbuka

Keempat, soal biaya. Sebab kata orang Jawa ‘Jer basuki mawa beya’, semua kebaikan memerlukan biaya. Patut diacungi ‘jempol’ panitia, khususnya Kodam –IV mampu mengusahakan pembiayaan akbar ini. Apalagi para pemian musik, penyanyi, panitia sampai penonton mendapatkan konsumsi berupa makanan berat  dan makanan ringan.

Pelajaran penting dari penyelenggaraan acara besar seperti ini adalah suksesnya dalam tahapan Perencanaan, Pengorganisasian (pembagian tugas dan peran), Penggerakan (saat penyelenggaraan acara, termasuk koordinasinya) dan Penganggaran (pembiayaan).  Acara Jambore 1000 lagu keroncong telah membuktikan semua tahapan tadi berlangsung dengan sukses. Maka kesuksesan acara ini patut mendapat acuang jempol tinggi-tinggi, sekaligus menjadi bahan ‘bench mark’, bahan pembelajaran bagi pihak yang akan menyelenggarakan acara akbar lainnya.

Keberhasilan telah ditorehkan, tinggal ke depan bagaimana mempertahankan dan melanjutkannnya, apakah menjadi agenda tetap di Semarang, atau justru bergilir di kota lain.

Betapapun Jambore 1000 Lagu Keroncong, bukan sombong, namun memang bukan omong kosong.

Ke depan, penyelenggaraan serupa atau lebih besar perlu didorong dan penuh disokong.

Tulisan dan gambar ini ditulis berdasarkan pengamatan langsung dan referensi dari :

  1. http://azharmind.blogspot.com/2013/10/penyanyi-muda-memeriahkan-jambore-1000.html
  2. http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/26/22/787525/meriahkan-hut-kodam-gelar-jambore-keroncong
  3. http://www.tribunnews.com/regional/2013/10/05/di-kodam-iv-diponegoro-64-jam-nonstop-menyanyikan-1000-lagu-keroncong
  4. http://www.kodam4.mil.id/PoradVI/100913a.html
  5. http://seputarjawatengah.com/blog/1-000-lagu-keroncong-dinyanyikan-di-lapangan-parade-kodam-iv-diponegoro/#sthash.UdmK7PwQ.dpuf
  6. http://obyektif.com/seni-budaya/view/2013/10/09/tentara-perang-melawan-keroncong

—ooo000—

Widartoks 2013

Please follow and like us:

tjroeng

Tjroeng Admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial