Save Our Kroncong

Oleh Johanes Siswanto
Pemerhati Keroncong

Membaca beberapa terbitan buletin ”Tjroeng”, nampak geliat semangat komunitas keroncong Indonesia (KKI), baik penggemar, musisi, penyanyi, dan pemerhati keroncong berkeinginan untuk menggali kembali dan melestarikan seni musik keroncong yang dirasa mulai surut pamornya. Secara jumlah KKI mungkin semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, tetapi secara prosentase mungkin menurun. Dapatkah dikatakan musik keroncong mulai surut pamorya?

Bila dibandingkan dengan keadaan tahun 70an mungkin ada benarnya. Saat itu event kegiatan musik keroncong yang disponsori oleh pemerintah atau negara dapat dikatakan padat. Diantaranya, yang belum hilang dari ingatan adalah selalu diadakan rutin setiap tahun lomba pemilihan bintang radio dari tingkat daerah (provinsi) sampai dengan tingkat nasional. Pemilihan ini disponsori (diadakan) oleh Departemen Penerangan, dan Radio Republik Indonesia (RRI) yang merupakan lembaga dibawah naungan Departemen Penerangan selalu menyiarkan acara lomba pemilihan bintang radio tsb. Pada saat itu yang dilombakan tidak hanya musik keroncong tetapi juga dari jenis seriosa dan “hiburan”, atau lebih dekenal saat ini sebagai jenis pop.

Antusias masyarakat mengikuti penyelenggaraan pemilihan bintang radio sangat besar. Terbukti acara ini yang disiakan oleh RRI sampai larut malam selalu ditunggu oleh para pendenganya. Dan musik keroncong dikalangan masyarakat pada saat itu menduduki posisi lebih tinggi, lebih populer bila dibandingkan dengan jenis musik seriosa dan hiburan. Perkembangan kondisi di masyarakat mempengaruhi pula perkembangan selera masyarakat terhadap musik yang ada. Secara alami terbentuk polarisasi selera dan apresiasi terhadap musik sekaligus mempengaruhi perkembangan musik itu sendiri. Terjadi pergeseran selera, terutama dikalangan anak usia muda (remaja) yang lebih menyenangi musik jenis hiburan atau pop. Banyak bermunculan group musik pop seperti Koes Plus, Favourit Group, D’lloyd, Pambers, Mercys dll. Selain itu, pelan tapi pasti, mulai merangkak naik popularitas musik dangdut yang pada waktu itu lebih dikenal sebagai musik “Melayu”. Bahkan dedengkot musik dangdut seperti Oma Irama pada awal karier musiknya melalui jalur musik pop, dan beberapa single lagunya sempat populer waktu itu. Keadaan sekarang, popularitas kedua jenis musik ini semakin tinggi (penggemarnya semakin banyak) jauh meninggalkan jenis musik kroncong dan seriosa.

Tidak puas dengan wadah yang disediakan oleh pemerintah sebagai ajang lomba, para musisi musik pop menyelenggarakan sendiri pemilihan bintang pop, baik ditingkat daerah maupun tingkat nasional, yang lebih dikenal dengan pemilih “Pop Singer”. Semakin banyak event musik pop diselenggarakan, sementara event untuk musik keroncong semakin sedikit bahkan tidak ada sama sekali.

Perkembangan selanjutnya, dengan dihapuskannya Departemen Penerangan dari jajaran kabinet, otomatis hilang pula kalender kegiatan lomba pemilihan bintang radio yang menyertakan musik keroncong didalamnya. Berarti hilang pula ajang untuk sosialisasi dan mempopulerkan musik keroncong dikalangan masyarakat luas.

Apakah rentetan kejadian ini pada akhirnya menurunkan pamor musik keroncong secara keseluruhan dan mulai ditinggalkan penggemarnya?

Dimata masyarakat Indonesia secara menyeluruh mungkin pamor musik keroncong turun drastis kalau tolok ukurnya adalah jumlah bilangan pengemar atau penikmat musik keroncong. Tetapi dikalangan KKI sendiri popularitas atau pamor musik keroncong tetap ada dan terjaga, hanya jumlahnya mungkin lebih sedikit dibandingkan dengan penggemar musik pop atau dangdut. Penambahan jumlah penggemar juga tidak terlalu signifikan, mungkin menunggu perubahan selera seiring dengan penambahan umur para penggemar musik bukan keroncong. Kenyataannya, komunitas musik keroncong tetap ada, bahkan tidak hanya di Indonesia tetapi merambah ke negara lain dibawa oleh orang-orang Indonesia yang migrasi ke negara lain, seperti Malaysia, Suriname, Belanda dsbnya. Di negara yang disebutkan tadi, komunitas musik keroncong tetap konsisten menyenangi dan memainkan musik keroncong.

Menyenangi atau membeci suatu jenis musik atau lagu-lagu, berkaitan dengan selera, jadi sifatnya sangat subyektif, tidak dapat dipaksakan. Berjalan secara alami menuruti lingkungan dan kebiasaan yang ada. Lagu musik pop yang dibawakan oleh grop musik Peterpan atau oleh group musik Radja di Indonesia sangat digandrungi dikalangan anak remaja atau anak bau gede (ABG), tetapi mungkin lagu-lagu group tadi tidak dikenal sama sekali oleh masyarakat Suriname. Masyarakat disana boleh jadi lebih mengenal artis Waljinah dengan lagu “Walang Kekeknya”. Kesimpulannya, secara global, mana yang lebih punya pamor atau lebih populer? Musik pop atau musik keroncong? Silahkan pembaca mempersepsikan sendiri untuk menjawab pertanyaan lain yang telah disebutkan diatas.

Permasalahan yang dihadapi komunitas keroncong di Indonesia dan dibelahan dunia lainnya adalah bagaimana menjaga sustainable eksistensi musik keroncong. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat adanya keprihatinan dari beberapa kalangan yang menyangsikan daya tahan musik keroncong terhadap “gempuran” jenis musik lainnya, khususnya musik pop. Sebagaimana berita yang dilansir oleh situs internet antara.co.id, tanggal 19 Oktober 2008, memuat berita tentang harapan besar maestro keroncong Indonesia, ”Gesang”, meminta masyarakat penggemar musik keroncong ikut melestarikan aliran musik asli jawa ini (maksudnya keroncong) agar tetap hidup sepanjang masa. Dibalik harapan beliau menyiratkan adanya kekhawatiran bahwa musik keroncong Indonesia mulai surut pamornya. Lambat laun, jika tidak ada upaya ”nguri-uri” musik keroncong, bukan tidak mungkin nantinya akan punah ditinggalkan penggemarnya. Keadaan ini merupakan tantangan sekaligus peluang seluruh insan komunitas keroncong untuk mengembalikan kemasyhuran musik keroncong agar harapan maestro “Gesang” keroncong dapat diwujudkan.

Bagaimana upaya kita melestarikan budaya seni musik keroncong?

Mengacu ke http://www.wikipedia.org, terdapat beragam jenis keroncong, ada Keroncong Asli, Langgam Keroncong, Stambul Keroncong, ditambah dengan Krontjong Toegoe. Dari masing-masing jenis tadi memiliki ”rumus” atau ”pakem” sendiri-sendiri [mengenai rumus ini telah dimuat di buletin Croeng sebelumnya]. Melihat rumus atau pakemnya, musik keroncong dapat dikatagorikan sebagai musik yang serius, setara dengan musik klasik karena ada kaidah yang harus dipenuhi agar dapat disebut sebagai musik keroncong. Disinilah letak indah dan ”adiluhungnya” musik keroncong! Jadi kalau ada sebagian warga masyarakat mengatakan bahwa musik keroncong adalah ”kampungan” atau ”jadul” itu syah-syah saja karena berbeda persepsinya, tetapi itu keliru besar! Tidak sembarang orang dan tidak banyak yang dapat mencipta dan memainkan musik “pure” keroncong dengan baik dan benar. Hanya orang-orang yang memiliki talenta khusus. Oleh karena itu, musik keroncong yang dimainkan tanpa mentaati kaidah-kaidah, atau menyimpang yang ada dapat dikatakan sebagai musik keroncong kontemporer atau eksperimental. Biasanya dari kalangan anak muda yang senang melakukan eksperimen sehingga lahirlah musik CongDut (keroncong Dangdut), CongRock (paduan keroncong dan rock), CongLan (paduan keroncong dan gamelan), dll. Bagaimana kita menyikapi terhadap lahirnya jenis musik tersebut?

Bersambung ….

Please follow and like us:

One thought on “Save Our Kroncong

  • March 3, 2016 at 8:33 pm
    Permalink

    lagi nyari lagu keroncong album “LELAGON KAWURI” ACI-011 yang isi nya (ORKES KERONCONG “IRAMA SEHAT”, ORKES KERONCONG ASLI STUDIO RRI SURAKARTA, ORKES KERONCONG “ANEKA WARNA”

    trus album “TANDUR PARI” ACI-013 yang isinya (ORKES KERONCONG “NADA PRATIDINA”) PIMPINAN SOEJATMAN

    mohon dibantu…
    terimakasih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial