Musik Keroncong …. Siapa Punya ….?

Lilik Jascee
Lilik Jascee

Masih sering kita mendengar pendapat yang menyatakan bahwa musik keroncong adalah jenis musik yang berasal dari Portugis. Pendapat itu terlontar karena banyak sebagian dari mereka yang hanya ikut-ikutan untuk menyatakan pendapat tersebut tanpa mau tahu atau berusaha untuk mengetahui sejarah musik keroncong itu sendiri.

Berbicara mengenai musik keroncong memang tidak bisa meninggalkan pengaruh bangsa Portugis karena yang memperkenallkan musik diatonis pada bangsa Indonesia itu kemungkinan besar adalah bangsa Portugis,dimulai dari kedatangan bangsa Portugis dikepulauan Indonesia sebelum abad XVI untuk mengadakan perdagangan,terutama di kepulauan Maluku yang merupakan pusat rempah-rempah. Bangsa Portugis juga mengikutsertakan bangsa dari benua asia lain diantaranya bangsa India,bangsa Melayu dan Ceylon yang dijadikan sebagai budak-budak mereka,yang dikemudian hari ada yang membentuk keluarga dengan orang-orang Portugis itu sendiri dan yang pada akhirnya keturunan dari mereka disebut Indo Portugis atau Portugis Hitam yang nantinya mereka sebut dengan istilah Mardykers,yang mana mereka sering memainkan pertunjukan musik untuk mengisi waktu-waktu luang mereka. Dengan alat-alat yang mereka bawa ataupun mereka bikin sendiri dikampung mereka,seperti Rebana,Mandolin,Gitar,Ukulele dan juga alat-alat perkusi semacam tamborin,,triangle dll.

Asal-muasal nama “keroncong” sendiri sampai saat ini memang tidak begitu jelas. Ada beragam pendapat mengenai sebutan atau istilah ‘keroncong’.meskipun pada kenyataannya sampai saat ini masih sangat kabur dikarenakan memang sangat sulit untuk menemukan tulisan-tulisan mengenai literature yang membahas masalah musik keroncong.

Ada yang berpendapat bahwa nama “keroncong” itu dari nama alat musik semacam gitar kecil /ukulele dari Polynesia yang disebut “Crouco”.Ada juga yang berpendapat nama keroncong itu dari bunyi suara gelang kaki penari ngremo dari Madura. Sedangkan kalau penulis sendiri lebih setuju pada pendapat yang menyatakan bahwa nama “keroncong” itu adalah diambil dari terjemahan bunyi Ukulele yang dimainkan secara rasgueado atau dengan cara digaruk sehingga menimbulkan bunyi crong…crong..ken crong..karena ini seperti kebiasaan orang Indonesia yang menamakan sesuatu sering dikaitkan dengan bunyi yang dihasilkan dari medium tersebut,sama seperti halnya musik dangdut yang diambil dari bunyi gendangnya.

Dengan adanya pengaruh dari bangsa Portugis seperti yang terurai diatas apakah kita lantas menerima begitu saja kleim yang menyatakan bahwa musik keroncong yang indah yang kita nikmati sampai saat ini adalah musik yang berasal dari Portugis..? ataukah kita sependapat dengan pandangan para pendahulu kita yang tampaknya bangga dengan mengaku musik keroncong berasal dari Portugis….

Adalah suatu kerugian kekayaan intelektual kalau kita tidak sesegera mungkin untuk mengakui bahwa musik keroncong itu adalah asli musik Indonesia yang bisa menjadi salah satu asset kekayaan budaya bangsa. Akan tetapi kita pun tidak bisa hanya dengan asal-asalan untuk menyatakan bahwa musik keroncong adalah musik yang lahir di bumi Indonesia , tanpa disertai bukti-bukti kuat yang dapat dipercaya dan mampu membuktikannya. Salah satunya kita harus mau menelusuri sejarah perkembangan musik keroncong itu sendiri dan mampu menganalisa baik secara bentuk lagu dan ciri-cirinya serta memperbandingkannya dengan musik tradisional terutama tradisional Jawa dimana musik keroncong berkembang pesat.

Beberapa hal yang harus kita ketahui untuk menyadarkan bahwa musik keroncong itu adalah musik Indonesia asli adalah seperti berikut :

· Sebagai bangsa penjajah,bangsa Portugis tidak meninggalkan musik/lagu yang sejenis dengan musik/irama keroncong pada bangsa lain (kecuali yang ada orang Indonesianya).

· Di Portugal tidak ada grup musik yang memainkan alat musik seperti yang dimainkan oleh pemusik keroncong di Indonesia ,ataupun yang mirip dengan irama yang dimainkan para musisi keroncong.

· Di Portugis tidak ada pemusik yang mampu memainkan irama keroncong,dan kalaupun ada itu pasti pernah belajar pada orang Indonesia .

Paparan diatas sedikit banyak membuka wawasandan pengetahua kita untuk membuktikan tentang permasalahan yang selama ini masih menimbulkan keragu-raguan pada masyarakat awam. Akan tetapi alangkah lebih baik kita juga mampu meninjau dari kaidah-kaidah musik barat maupun musik tradisi sebagai perbandingan yang akan menunjukkan bahwa musik keroncong itu adalah “Genius Product” atau kekayaan intelektual dari nenek moyang bangsa Indonesia . Untuk itu dibawah ini ada beberapa uraian tentang musik keroncong yang perlu diketahui terutama bagi para pecinta musik keroncong sendiri.

1. Musik Keroncong

Musik keroncong adalah suatu jenis musik atau aliran musik yang lahir di Indonesia yang dipengaruhi oleh musik barat (diatonis) sehingga bukan termasuk sebagai musik tradisional melainkan salah satu jenis musik diatonis (world musik) yang banyak berkembang pada saat ini. Adapun pada perkembangan selanjutnya akan berkolaborasi dengan jenis musik tradisional.

2. Orkes Keroncong

Yang dimaksud dengan orkes keroncong adalah susunan pemain ataupun instrumentnya.Seperti kita ketahui bahwa susunan yang baku (Bezetting) dalam musik keroncong sejak tahun 1930 adalah 7 orang yaitu : Biola, Flute, Cak (banjo),Cuk (Ukulele),Gitar,Cello,dan Bas. Susunan instrument seperti ini adalah berkat jasa M.Sagi seorang Violinist keroncong yang amat terkenal sekitar tahun 1930. Meskipun penyebutan kata orkes sendiri kalau di kaitkan dengan kaidah musik barat memang kurang tepat mengingat instrument yang dipakai tidak semuanya mewakili musik yang dimainkan untuk suatu orkestra.

3. Lagu-lagu keroncong

Lagu keroncong yang baku adalah yang disebut dengan Keroncong Asli, Langgam keroncong, Stambul,Lagu Ekstra dan Langgam Jawa

· Keroncong Asli

Keroncong asli adalah bentuk lagu tiga bagian yaitu A-B-C dengan harmoni atau pergerakan akornya mempunyai susunan yang sudah baku (pakem) serta jumlah birama yang baku yaitu 28 birama ,meskipun pada perkembangannya saat ini banyak yang memvariasikan progresi akornya namun tidak dengan jumlah biramanya:

Progresi Keroncong Asli adalah sebagai berikut:

I – – – I – – – V – – -V – – -II7 – – -II7 – – -V – – -V- – -( angkatan/permulaan)

V – – -V – – -(miden spel,semacam bridge yang hanya berisi musik)

IV – – -IV – – -IV – – -IV – V – I – – -I – – – -(Ole-ole, atau yang sering juga

V – – -V – – -I – – -IV -V – disebut reff )

I- – – -IV – V – I – – -I – – -( senggaan yang biasanya dipakai sebagai intro)

V – – -V – – -I – – -I (IV- V -) (apabila dimainkan dua kali)

· Langgam Keroncong

Lagu langgam adalah lagu bentuk tiga bagian ,Dalam lagu langgam keroncong jumlah birama yang baku adalah 32 birama,dengan ketentuan syair adalah A-A’-B-A’.

Progresi Langgam Keroncong adalah sebagai berikut:

I – – -IV-V- I – – – I – – -V – – -V – – -I – – -I – – -( syair/bait I)

I – – -IV-V- I – – – I – – -V – – -V – – -I – – -I – – -( syair/bait II)

IV – – -IV – – -I – – -I – – -II7 – – -II7 – – – V – – – V – – -(Reff)

I – – -IV-V- I – – – I – – -V – – -V – – -I – – -I – – -(pengulangan lagu bait II)

Lagu langgam dipelopori oleh Gesang pada tahun 1940 dengan langgamnya yang berjudul ‘Bengawan Solo’ yang kalau kita analisa struktur lagunya menggunakan Amerika song Form,karena begitu besarnya pengaruh lagu-lagu barat saat itu.

· Stambul

Ada yang mengatakan bahwa nama stambul ini diambil dari sebutan komedi (sandiwara) yang sangat marak pada sekitar tahun 1920. Bentuk musik stambul ini muncul dikarenakan pada waktu itu musik keroncong seakan tersisih dengan musik Jazband yang mengusung lagu-lagu barat. Untuk bentuk stambul ini ada dua macam penyebutannya yaitu Stambul I (lagu bentuk Satu bagian,A-A’terdiri dari 16 birama) dan Stambul II (lagu bentuk tiga bagian A-B-A-B,terdiri dari 32 birama).

Progresi Stambul I

IV – – -IV – – -I – – -I – – -V – – -V – – – I – – -I – – – ( lagu bagian pertama)

IV – – -IV – – -I – – -I – – -V – – -V – – – I – – -I – – – (pengulangan )

Biasanya dalam lagu stambul I ini liriknya berupa pantun,contohnya pada lagu “Si Jampang”.

Progresi Stambul II

(I – – -I – – -)IV – – -IV – – -IV – – -IV -V- I – – – IV -V- (lagu bag.pertama )

I – – -I – – -V – – -V – – -V – – -V – – – I – – – IV –V – (lagu bag. kedua )

I – – -I – – -IV – – -IV – – -IV – – -IV -V- I – – – IV -V- (pengulangan pertama)

I – – -I – – -V – – -V – – -V – – -V – – – I – – – I (IV -V-) (pengulangan kedua)

Secara ilmu bentuk analisa dalam aturan musik barat,Stambul II merupakan lagu bentuk tiga bagian (A-B-A’-B’). Lagu jenis stambul ini berkembang di Jawa Timur dengan adanya theater rakyat komedi stambul dengan menggunakan lagu-lagu keroncong di atas panggung pertunjukan sebagai musik selingan maupun bagian dari drama itu sendiri.

· Lagu Ekstra

Yang dimaksud dengan lagu ekstra adalah lagu-lagu yang bentuknya diluar dari lagu keroncong asli,langgam maupun stambul. Susunan akornya dan jumlah biramanya tidak dibatasi dan bervariasi.Lagu-lagu ekstra ini biasanya adalah pengaruh dari lagu-lagu tradisional,yang mempunyai sifat pembawaan merayu,riang dan jenaka,contohnya pada lagu “Gundul-gundul pacul”,”Padang Bulan” dan sebagainya.

· Langgam Jawa

Atas instruksi presiden pada sekitar tahun 1958 yang melarang lagu-lagu barat,maka bermunculan lagu-lagu daerah yang dikemas dalam irama popular. Hal ini menjadikan tantangan para musisi keroncong pada waktu itu untuk berkreasi ,maka munculah irama langgam Jawa. Bentuk lagu dari Langgam Jawa ini ada yang mendekati langgam keroncong dan ada pula yang mirip dengan bentuk lagu ekstra.

Yang perlu diperhatikan dalam langgam jawa terdapat sifat ke-paralel-an dari alat musik /instrumen musik barat terhadap instrument musik jawa(gamelan).Perhatikan ke-paralel-an tersebut:

Biola ………Rebab

Flute ………Suling

Gitar ………..Celempung,gambang

Cuk ………..Kethuk,Bonang,Kromong

Cak ………..Kecapi

Cello ………Kendhang ciblon/batangan

Bas ………..Gong

4. Irama Keroncong

Irama yang dimaksud disini adalah seperti halnya musik-musik barat yang mempunyai rhythm Pattern atau biasa disebut dengan pola ritme.Dalam musik keroncong ada beberapa rhythm pattern/pola ritme yang biasa dimainkan yaitu:

· Irama engkel (diperagakan)

· Irama dobelan (diperagakan)

· Klasik/petikan (diperagakan)

· Kentrungan (diperagakan)

Berbicara irama keroncong tentunya tidak bisa lepas dari gaya permainan. Dalam musik keroncong ada beberapa gaya permainan yang sangat menonjol

· Gaya lama

Pada permainan gaya lama (diperkirakan sebelum tahun 1930-an),alat-alat yang digunakan banyak perbedaannya apabila dibandingkan dengan besetting alat yang ada sekarang ini,seperti penggunaan ukulele besar dan kecil dengan 4 atau 5 tali,yang cara permainannya dengan cara di garuk. Penggunaan Gitar yang lebih dari satu,adanya mandolin untuk memainkan nada-nada tinggi pengganti gitar. Pada permainan gaya lama,Rebana berfungsi seperti cello pada saat ini. Bas belum dipakai,sebagai gantinya dipakailah gitar. Sedangkan Biola dan Flute belum digunakan pada permainan gaya lama.

· Gaya Jakarta

Pada permainan gaya Jakarta alat musik cuk dimainkan dengan cara menggarut keempat talinya secara bersamaan. Pada irama engkel digarut 4 kali sedangkan untuk irama dobelan digarut 8 kali (dalam satu birama 4/4).Sedangkan cak (banjo) justru dimainkan seperti ukulele ( gaya Solo). Pola permainan gitar gaya Jakarta sangat tenang meskipun dibeberapa birama tertentu dia akan memainkan irama dobel. Dan yang lebih utama bahwa gitar ini berfungsi sebagai komando yang memberi tanda untuk masuk irama dobelan. Cello gaya Jakarta sangat lincah dan menghentak-hentak dan sering menggunakan nada ke enam pada tonika,sehingga menimbulkan suasana yang riang. Fungsi Bas pada gaya Jakarta ini hampir sama dengan gaya lama ataupun gaya Solo yang memainkan chord dan contranya saja. Permainan Biola dan Flute sangat lincah dan saling mengisi satu sama lain termasuk juga mengisi kekosongan pada vocal.

· Gaya Solo

Pada mulanya permainan gaya Solo hampir mirip dengan gaya Jakarta . Namun ada satu kejadian yang pada akhirnya berpengaruh besar pada pola permainan keroncong gaya Solo yaitu pada tahun 1958 ada seorang pemain cuk Radio Orkes surakarta,yang bernama Abdul Razak (alm),ketika sedang memainkan ukulele dengan digaruk tiba-tiba salah satu dawai stemnya turun .Untuk menghindari dawai yang tidak tuning (fals) tersebut maka dia tidak memainkan dengan digaruk melainkan di petik (seperti permainan Cuk sekarang ini).Gaya ini akhirnya banyak ditiru orang,sebagai gaya permainan Abdul Razak. Untuk mempermudah permainan dengan cara dipetik (bahkan kadang diselingi trill) maka cuk hanya menggunakan tiga tali dengan stem E ( E,B,G). Cak dimainkan dengan cara digarut sesuai akor lengkap dan dimainkan disela-sela cuk,demikian pula untuk irama dobel ,antara cak dan cuk serasa saling berkejar-kejaran tanpa berbenturan. Permainan Gitar gaya Solo mengalir tenang bagai pukulan gambang pada kerawitan jawa,yang berfungsi pula sebagai penjaga tempo apalagi waktu memainkan irama dobelan. Sesuai dengan kaidahnya dalam musik kerawitan ,Cello disini benar-benar mengadaptasi suara kendang yang berfungsi sebagai pengatur irama dari engkel ke dobel ataupun sebaliknya. Bas hanya menggunakan tiga tali ( G,D dan A).permainannya pada dasarnya sama meskipun lebih bervariasi bila dibandingkan gaya Jakarta ,terutama sebelum masuk bagian ole-ole (Reff). Seperti layaknya Rebab,Biola hanya sebagai pengantar penyanyi untuk intro lagu dan selanjutnya hanya berfungsi sebagai background saja.Demikian pula halnya dengan Flute kurang lebih fungsinya sama dengan Biola.

Pada perkembangan selanjutnya keroncong sempat mengalami masa

‘turun-naik’. Pada sekitar tahun 1979 tokoh musik keroncong yang sangat berpengaruh yaitu Budiman BJ seorang violinist asal semarang mampu menampilkan ciri baru dalam penyajian musik keroncong dengan orkes Panorama dan Bintang Jakarta yang sampai saat ini pun masih banyak dijadikan acuan bagi grup-grup keroncong terutama gaya permainan biolanya. Disamping Budiman BJ masih ada tokoh –tokoh keroncong yang sempat membawa pengaruh bagi perkembangan musik keroncong,antara lain jendral Pirngadi yang tentunnya dibantu oleh para musisi keroncong membentuk keroncong beat,dengan menggunakan gitar elektrik dan drum. Maraknya langgam jawa menginspirasi untuk memasukan unsur gamelan dalam musik keroncong sehingga lahirlah apa yang disebut campursari,dan Manthous lah tokoh yang berpengaruh sekitar tahun 1990-an dalam musik campursari ini.

Dengan uraian diatas,masih adakah keraguan untuk mengakui bahwa musik keroncong adalah musik Indonesia Asli,yang lahir di bumi Nusantara dan merupakan salah satu ‘Genius Product’ bangsa Indonesia .

Dengan mengetahui bentuk lagu dan ciri-cirinya yang khas dari musik keroncong,tentu kita bisa membandingkan dengan jenis musik apapun didunia ini termasuk lagu-lagu bangsa Portugis,adakah kesamaan atau kemiripannya..? karena salah satu ciri yang paling utama terutama dalam lagu bentuk keroncong asli adalah adanya batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar,dan pembuatan pakem-pakem ini tentulah seniman yang memiliki kedekatan dengan seni musik yang menggunakan aturan-aturan yang mengikat,yang jarang di temukan di musik barat.

“If at visit of song form that exists at java as dandanggulo,Sinom and Pangkur,there are many found order which really tie-up e.g. guru lagu,guru wilangan, etcetera. So thus gets we conclude that pakem’s creator in that keroncong’s music of course is not person from outside, (including portuguese),but of course person it so close to Pangkur,sinom pariyata and dandanggulo,which is our own forbear,Indonesian Nation.”

“I devote to make amorists,agent,and keroncong’s Music beneficiary where just ……..”

Please follow and like us:

17 thoughts on “Musik Keroncong …. Siapa Punya ….?

  • December 2, 2008 at 4:12 am
    Permalink

    Saya semakin yakin bahwa musik kroncong adalah jenis musik asli Inonesia, hanya pemikiran berikutnya adalah bagaimana ciptaan bangsa Indonesia ini bisa terus dikembangkan, tentunya pakem yang ada tidak harus menghambat kretifitas kita, makasih

  • January 23, 2009 at 2:01 pm
    Permalink

    irama cakapur apaan tuh

  • June 25, 2009 at 2:54 pm
    Permalink

    jgn smp deh aset kta yg satu ini ikutan diakui negara tetangga

  • July 5, 2009 at 3:24 am
    Permalink

    Saya suka sekali lagu keroncong, semoga tidak sampai punah dari bumi Indonesia tempat lahirnya…

  • July 23, 2009 at 1:37 pm
    Permalink

    cara tuning cello sama cak gimana?

  • September 6, 2009 at 5:22 pm
    Permalink

    mungkin…ga mungkin…mungkin….ga mungkin…..ah saya mah cuma orang kecil, sekedar cuma punya cita2, bayangan, dan mimpi yang tersimpan rapi di dalam saku…!!! Maju terus Keroncong….Salam METAL…

  • October 7, 2009 at 10:45 am
    Permalink

    Celakanya dunia bila kehilangan musik keroncong, kerena akan lebih panas bila hanya dibandingkan dengan bolongnya lapisan Ozon. Kiranya 200 tahun kedepan manusia masih bisa mendengar irama kroncong

  • December 27, 2009 at 7:13 pm
    Permalink

    mksh bnyk bwt tjroeng. . . .siapa lg yg akan mengembangkan sekaligus memelihara khazanah /local genius ‘nuSantara’ yg sngt melimpah. .kalau bkan kita sbg pwarisnya..

  • February 18, 2010 at 11:28 am
    Permalink

    Sebagai pembaca Buletin Tjoeng yg datang kemudian, saya baru membaca artikel ini secara seksama: Saya berterima kasih serta mengacungkan dua jempol kepada penulisnya dan satu jempol buat Tjroeng atas pilihan dan pemuatan artikel ini! Menurut saya artikel ini memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan yg berharga kepada kita mengenai musik Keroncong. Ditulis dgn sistematis dan ilmiah, serta mencakup elemen2 dasar musiknya, artikel ini bahkan layak menjadi referensi bagi penulisan musik keroncong yg lebih serius.
    Mengambil kebebasan untuk ber-senang2, saya ingin mengutip pendapat penyair Hagiwara Sakutaro, dia membagi musik menjadi dua kelompok, yaitu “Program music” dan “Formal music”. Program music yg isinya merupakan sikap subyektif murni, merupakan ekspresi dari mimpi atau cinta (dream or love); sedangkan “Formal music” menitik beratkan kepada struktur dan penataan musiknya sebagai karya seni dgn keindahan yg agung (majestic beauty) — begitu kata penyair Jepang itu.
    Menurut saya, musik Keroncong masuk pada ketegori yg pertama di atas, yaitu program music. Barangkali musik ini merupakan ungkapan dari “hasrat menyala”, ketika (mengutip Mardjokahar, 1938): kini hasratmu menyala / tinggi membakar jiwamu —
    Sekian dulu komentar kali ini, salam,

  • July 12, 2010 at 11:26 am
    Permalink

    bisa tolong ajarkan cara bermain cuk ga?

  • July 17, 2010 at 7:11 pm
    Permalink

    Mas Yayan posisi dimana ? Mungkin bisa saya link an dengan komunitas keroncong di tempat anda tinggal, jika kami punya kontaknya.

  • June 9, 2011 at 3:35 am
    Permalink

    Muantap Mas Lilik……!!! Hidup Keroncong Asli Indonesia……!!!!

  • July 19, 2011 at 9:59 am
    Permalink

    WOOOWW.. mantap mas Liliek…….

  • July 26, 2011 at 12:23 pm
    Permalink

    wow.. sangat membantu grup keroncong kami yang baru mulai terbentuk

  • October 25, 2011 at 8:09 am
    Permalink

    Saya rasa, musik kerontjong SUDAH/TELAH diakui (diambil) oleh negara tetangga kita, malaysia. Ini bisa dibuktikan dengan adanya orkes keroncong warisan johor. saya telah mendengarkan CD mereka yang digarap dengan sempurna, baik dari kualitas rekamnya, sampai kepada cengkoknya…… mirip dengan musik kerontjong tahun 50an. Saya pikir, kita hanya menunggu waktu sampai Malaysia meng-claim bahwa muziek kerontjong adalah milik mereka, karena saat ini mereka sedang “membangun sejarah muziek kerontjong warisan johor”. seperti yang sudah2, dengan memanfaatkan keadaan Indonesia yg sedang gonjang-ganjing, mereka akan mengambil “sesuatu” dan akan mengakuinya sebagai milik mereka. Sun Tzu, ahli strategi perang China, pernah dikutip oleh seorang PS, berkata, bakarlah rumah seseorang dan pada saat itu adalah saat yang tepat untuk kamu mencuri darinya.

  • May 17, 2012 at 8:29 pm
    Permalink

    melody keroncong,paten ya ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial